promo

Ancaman Kanker Serviks bagi Perempuan Sebagai Akibat Primigravida di Bawah Umur

Ilustrasi Penyakit Kanker/ sunber gambar: pinterest

Oleh: Ruslina Fitriani*)

SUARAMUDA, SEMARANG — ​Salah satu penyakit penyebab kematian nomor dua di dunia adalah kanker. Penyakit ini pula yang menyebabkan 9.6 juta kematian pada setiap tahun, yang mana angka ini hampir sama dengan jumlah penduduk Jakarta. Diperkirakan, 70% kematian akibat kanker terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia (tasikmalaya.go.id, 2025).

Kanker di Indonesia memang masih menjadi masalah kesehatan yang cukup serius. Berdasarkan Globocan 2020, kasus baru kanker di Indonesia mencapai 396.314 kasus dengan kematian sebesar 234.511 orang.

Kasus kanker tertinggi pada perempuan adalah kanker payudara (65.858 kasus), diikuti Kanker Leher Rahim (36.633 kasus). Sedangkan kanker tertinggi pada laki-laki adalah kanker paru (34.783 kasus), diikuti kanker kolorektal (34.189 kasus).

Promo

Berdasarkan data BPJS, kanker merupakan penyakit katastropik dengan pembiayaan kedua tertinggi setelah penyakit jantung (3,5 Triliun).

Kanker adalah jenis penyakit akibat gen tertentu yang mengontrol proses regenerasi sel dalam tubuh manusia menjadi rusak dan tumbuh tidak normal.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi kanker meningkat dalam lima tahun terakhir. Dan saat ini prevalensi kanker payudara dan kanker serviks merupakan jenis kanker tertinggi pada wanita di Indonesia.

Data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health Organization (WHO) juga menunjukkan angka kejadian Kanker serviks merupakan jenis kanker kedua terbanyak di Indonesia dengan 32.469 kasus atau 9,3% dari total kasus.

Promo
Ilustrasi Penyakit Kanker/ sunber gambar: pinterest

Penyakit kanker ini harus ditemukan pada stadium dini, namun kanker ini lebih umum diketahui pada stadium lanjut (70%) yang menyebabkan angka kematian yang tinggi.

Kanker serviks dapat ditemukan pada stadium sebelum kanker (lesi prakanker) dengan metode IVA dan Pap smear. Jika ditemukan secara dini dapat menurunkan angka kematian dan menghemat pembiayaan kesehatan yang sangat tinggi.

Studi Kasus di NTB

​Di Provinsi NTB ditemukan 958 kasus kanker serviks, dimana jumlah ini lebih banyak dari jumlah penderita kanker payudara (Bulletin jendela data dan informasi kanker, 2015).

Di Rumah Sakit Umum Daerah NTB terjadi fluktuasi jumlah penderita kanker serviks, dimana dari tahun 2015 – Maret 2018 terdapat 160 penderita kanker serviks.

Pada tahun 2015 terdapat 36 orang yang menjalani pengobatan, tahun 2016 penderita kanker serviks mengalami penurunan sampai dengan 28% yakni terdapat 26 orang pasien.

Sedangkan pada tahun 2017 jumlah kasus 80 orang pasien dimana terjadi lonjakan jumlah kasus yakni lebih dari 3x lipat dari jumlah penderita di tahun sebelumnya. Dan pada 2018 dari bulan Januari-Maret sudah terdapat 9 orang pasien kanker serviks (SIM RS RSUD Provinsi NTB, 2018).

Saat ini RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat telah berkomitmen menangani permasalahan tersebut dengan membangun gedung khusus Onkologi Terpadu untuk penanganan Kanker. Sayangnya sebagian besar dari pengunjung adalah dari kaum perempuan, mulai dari usia remaja sampai usia lanjut.

Tidak sedikit dari penderita ini mengaku terlambat dalam mengetahui kondisi sakitnya dikarenakan berbagai faktor, antara lain fokus bekerja karena menjadi tulang punggung keluarga, kurang meratanya akses kesehatan, dan penyakit yang diderita dianggap tidak serius.

Kasus Kanker Serviks

Untuk penderita Kanker Serviks mendapatkan perawatan di Poliklinik Onkologi Ginekologi,
sebagai tempat mendapatkan penyembuhan dan pra-kanker pada organ reproduksi perempuan.

Beberapa penderitanya sebagian besar berusia >46 tahun, mereka mengetahui dirinya terkena Kanker cukup terlambat yaitu telah berada di fase serius.

Penderita juga diketahui telah memiliki anak lebih dari 2 orang dan menggunakan alat kontrasepsi Pil/Suntik KB secara tidak menentu. Setelah ditelaah oleh dokter, diketahui bahwa dulunya penderita adalah seseorang yang menikah di usia muda kisaran 12 tahun.

Sedangkan organ reproduksi matang dan siap di huni oleh embrio atau janin pada usia 18 tahun. Jika belum mencapai usia matang maka tidak menolak kemungkinan akan terjadi kehamilan preterm yang akan mengakibatkan abortus berkali kali dan janin yang abnormal.

Dari kejadian ini penderita akhirnya hanya memiliki 2-4 anak yang hidup meskipun telah berkali-kali hamil. Hal inilah menjadi penyebab terjadinya resiko kanker serviks pada perempuan terutama pada usia lanjut.

Pendekatan Feminisme

​Untuk menganalisis masalah ini digunakan pendekatan feminisme, dimana perempuan menjadi target utama dari peran medis.

Perempuan digunakan sebagai objek yang sakit sekaligus perempuan harus mengemban tanggung jawab lebih besar dalam perawatan kesehatan dari sektor kependudukan yang nir keuntungan, yakni orang lanjut usia.

Dari dahulu sampai saat ini perempuan selalu dituntut untuk dapat memberikan keturunan dalam sebuah keluarga, juga memiliki peran domestik yang tidak boleh dikesampingkan.

Sehingga waktu untuk memperhatikan kesehatannya saja sudah mulai tersita untuk mengurus anak dan juga pekerjaan rumah. Oleh karena itu kesempatan untuk mencegah datangnya penyakit mungkin sudah terlambat dan perempuan lagi-lagi harus berjuang sekali lagi untuk bertahan hidup.

Hampir 30-50% kanker dapat dicegah dengan menghindari faktor risiko dan menjalankan perilaku hidup CERDIK (Cek Kesehatan Secara Rutin, Enyahkan Asap Rokok, Rajin Aktivitas Fisik, Diet Gizi Seimbang, Istirahat Cukup, dan Kelola Stres).

Oleh karena itu, pentingnya imunisasi hepatitis B dan HPV terbukti dapat mencegah jutaan kasus kanker di dunia. Semoga kita senantiasa terhindar dari Kanker. (Red)

*) Penulis: Ruslina Fitriani, Mahasiswa Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Hukum, Ilmu Politik dan Ilmu Sosial, Universitas Mataram

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo