
Oleh: Ali Fathoni*)
SUARAMUDA, WUHAN, CHINA — Kota Wuhan kembali mencuri perhatian dunia dengan meluncurkan kereta langit atau kereta api gantung (suspended monorail) pertama yang sepenuhnya menggunakan tenaga hidrogen.
Proyek inovatif ini bertujuan untuk meningkatkan transportasi ramah lingkungan sekaligus menjadi daya tarik wisata baru di kota Wuhan.
Kereta langit atau kereta api gantung yang dijuluki “Sky Train” ini melintasi jalur sepanjang 10 kilometer, menghubungkan kawasan wisata utama di Wuhan.
Dengan desain futuristik dan teknologi canggih, kereta ini mampu mengangkut hingga 200 penumpang per perjalanan dan beroperasi dengan kecepatan 60 sampai 70 km/jam.
Sistem kereta ini menggunakan sel bahan bakar hidrogen sebagai sumber energi, menghasilkan air sebagai satu-satunya emisi.
Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah China untuk mengurangi emisi karbon dan mempromosikan teknologi hijau ramah lingkungan.
Menurut pernyataan dari otoritas transportasi Wuhan, kereta ini juga dilengkapi dengan teknologi canggih seperti sistem otomatisasi penuh, kereta ini tanpa masinis/driver dengan pemandangan panorama dari jendela kaca besar yang ada di samping dan di bawah sehingga terlihat transparan serta interior modern yang nyaman.
“Indonesia dapat mempelajari kesuksesan Wuhan untuk mengembangkan transportasi hijau dan inovatif. Saya yakin, Indonesia bisa menjadi negara maju dan tentunya lebih baik”
Warga dan turis termasuk saya dan istri pada bulan september 2024 kemarin sangat antusias mencoba naik kereta langit. “Ini bukan hanya tentang transportasi, tetapi juga pengalaman unik yang memadukan teknologi dan keindahan alam Wuhan,”.
Proyek ini dipandang sebagai bagian dari upaya Wuhan untuk memulihkan citra kotanya pasca-pandemi COVID-19, sekaligus menunjukkan inovasi teknologi yang mendukung pembangunan berkelanjutan di China.
Pelopor Transportasi Hijau
Mencapai sekitar 1 Miliar Yuan lebih, proyek kereta api langit atau kereta gantung berbahan bakar hidrogen ini memerlukan investasi besar dengan total biaya pembangunan mencapai 1 Miliar yuan lebih (sekitar 2,4 triliun rupiah).
Anggaran ini mencakup konstruksi infrastruktur jalur sepanjang 10 kilometer, pengadaan kereta, serta penerapan teknologi hidrogen canggih.
Teknologi ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang yang hemat energi dan ramah lingkungan. Biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan dengan moda transportasi berbahan bakar fosil serta potensi menarik wisatawan diharapkan dapat mempercepat pengembalian investasi.
Proyek ini merupakan langkah strategis bagi Wuhan untuk menjadi pelopor transportasi hijau, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi lokal melalui sektor pariwisata yang ada di Wuhan.
Keberhasilan peluncuran kereta langit atau kereta api gantung berbahan bakar hidrogen ini menjadi tonggak baru dalam transportasi ramah lingkungan.
Para ahli percaya bahwa teknologi ini dapat diadopsi oleh negara-negara lain untuk mengatasi tantangan transportasi di wilayah perkotaan sambil mengurangi dampak lingkungan.
Dengan peluncuran ini, Wuhan sekali lagi membuktikan dirinya sebagai pusat inovasi teknologi global dan penuh inspirasi dalam pembangunan transportasi umum.
Harga tiket untuk menaiki kereta api gantung di Wuhan harganya berkisar antara 30 hingga 50 yuan (sekitar Rp.60.000–Rp.108.000) per perjalanan, tergantung pada jarak yang ditempuh dan jenis tiket yang dipilih.
Desain Kereta Wisata
Pemerintah setempat juga menawarkan tiket terusan dengan harga diskon bagi wisatawan yang ingin menikmati pengalaman lengkap di sepanjang jalur kereta gantung ini.
Selain itu, ada kemungkinan tiket gratis atau dengan harga khusus untuk kelompok tertentu seperti para pemimpin negara yang ingin berkunjung, atau seperti pelajar dan manula, sebagai bagian dari upaya meningkatkan aksesibilitas layanan ini.
Harga ini dianggap kompetitif, mengingat kereta api gantung ini juga dirancang sebagai atraksi wisata dengan fasilitas modern dan pemandangan indah yang dapat dinikmati selama perjalanan.
Jumlah penduduk di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, China, diperkirakan mencapai sekitar 12 juta orang. Kota ini adalah salah satu kota besar di China dan pusat ekonomi, teknologi, pendidikan, budaya, serta transportasi penting di wilayah Tiongkok tengah.
Wuhan juga dikenal sebagai “kota sungai” karena lokasinya di pertemuan Sungai Yangtze dan Sungai Han.
Dengan populasi sebesar itu, kota ini menghadapi tantangan dalam mengelola urbanisasi dan infrastruktur transportasi, menjadikan proyek-proyek seperti kereta api gantung ramah lingkungan sebagai bagian dari solusi inovatif untuk mengatasi kemacetan dan polusi.
Indonesia dapat mempelajari kesuksesan Wuhan untuk mengembangkan transportasi hijau dan inovatif. Namun, penerapan proyek ini harus disesuaikan dengan kebutuhan dan prioritas lokal, serta didukung oleh perencanaan matang, pembiayaan yang transparan, dan teknologi yang tepat. Saya yakin, ke depan, Indonesia bisa menjadi negara maju dan tentunya lebih baik. (Red)
*) Ali Fathoni, Mahasiswa S-3 alumni Huazhong University of Science and Technology Wuhan, China