suaramuda

Menerka Faktor Kemenangan Lutfi-Yasin dalam Pilgub Jateng 2024

Muhammad Abrar Rizartiano, mahasiswa Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Pamulang

SUARAMUDA, SEMARANG — Pemilu Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah 2024 kali ini diikuti oleh dua pasangan calon (paslon). Nomor urut 1, Andika Perkasa berpasangan dengan Hendrar Prihadi (Hendi), dan nomor urut 2 pasangan Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin).

Dalam pertarungan, paslon 1 Andika Perkasa dan Hendrar Prihadi diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Andika adalah mantan Panglima TNI, sedangkan Hendrar Prihadi (Hendi) adalah mantan Wali Kota Semarang.

Calon Gubernur Jateng, Andika Perkasa/ gambar: pinterest

Keduanya memiliki popularitas yang kuat di kalangan pemilih terutama di kota-kota besar seperti Semarang dan Surakarta. Mereka fokus pada isu-isu pembangunan dan keamanan untuk menarik simpati dan dukungan dari pemilih yang menginginkan stabilitas dan kemajuan.

Dengan background partai pengklaim Jateng sebagai ‘Kandang Banteng’—Pilgub Jateng kali ini menjadi salah satu pemilu paling sengit di Indonesia.

suaramuda

Sementara, paslon 2 Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoeni diusung oleh Partai Gerindra, serta disokonh lebih dari 10 partai politik, termasuk Gerindra, PAN, Golkar, PSI, Demokrat, PPP, PKB, NasDem, dan PKS. Serta, jaringan pesantren di Jateng.

Dari latar belakangnya, Ahmad Luthfi adalah mantan Kapolda Jawa Tengah. Sedangkan Gus Yasin, tentu tak asing lagi bagi publik Jateng. Dia merupakan wakil gubernur petahana, memiliki yang tentunya mempunyai jaringan masyarakat santri luas serta pengalamannya dalam pemerintahan.

Tim pemenangan atau tim sukses pasangan ini, dipimpin oleh Letjen TNI (Purn) A.M. Putranto, yang ditunjuk langsung oleh Prabowo Subianto.

Dukungan ini disinyalir mampu menciptakan soliditas dalam tim serta memperkuat basis suara mereka di masyarakat.

Apalagi ditambah adanya endorsesment dan dukungan mantan Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto pada pasangan Luthfi-Gus Yasin.

Hasil Pilgub Jateng 2024

Usai pemilu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) membeberkan hasilnya, menunjukkan paslon 2 Luthfi-Yasin berhasil meraih 11.390.191 suara (59,14%).

Sedangkan paslon 1 jagoan PDIP, Andika-Hendi, berhasil menyisihkan 7.870.084 suara (40,86%) dari total 19.260.275 suara sah.

Ditinjau dari tingkat partisipasi pemilihmencapai 73,13% dari 28.427.616 pemilih terdaftar. Angka ini justru meningkat dibandingkan pemilu sebelumnya.

Pasangan yang diusung parpol koalisi KIM, yakni paslon 2 Luthfi-Yasin berhasil ditetapkan sebagai sang pemenang untuk Pilgub Jateng 2024. Dan hasil kemenangan ini, tentu menyisakan stereotip “Kandang Banteng telah Bubar”.

Cagub-cawagub Pilgub Jateng, Ahmad Luthfi dan Taj Yasin / gambar: pinterest

Dalam hal ini penulis tak fokus pada apa, bagaimana, atau bahkan seperti apa nanti kepemimpinan yang akan dilakukan paslon terpilih ke depannya.

Akan tetapi, kita akan membahas bagaimana latar belakang pendidikan kedua pasangan calon ini. Sehingga kemungkinan faktor itu turut mendorong perolehan hasil yang dianggap di luar dugaan, mengingat Jateng adalah daerah ‘Kandang Banteng’.

Dianalisis dari latar belakang personal, figur Andika Perkasa adalah mantan Panglima TNI yang lahir pada 21 Desember 1969.

Ia dikenal sebagai sosok yang memiliki latar belakang militer yang kuat dan berpengalaman dalam berbagai operasi militer.

Sebelum mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Tengah, Andika pernah menjabat sebagai Panglima TNI dari November 2021 hingga April 2023.

Andika memiliki latar belakang pendidikan tinggi yang sangat kuat, dengan tiga gelar master dari universitas di Amerika Serikat, termasuk dari Norwich University dan National War College.

Sementara Ahmad Luthfi, ia lahir pada 22 November 1966 di Surabaya. Ia adalah purnawirawan Polri dengan pengalaman luas di bidang kepolisian, termasuk menjabat sebagai Kapolda Jawa Tengah dari 2020 hingga 2024.

Sebelum mencalonkan diri sebagai Gubernur, Luthfi juga menjabat sebagai Inspektur Jenderal di Kementerian Perdagangan.

Ia merupakan lulusan Sekolah Perwira (Sepa) Polri dan memiliki berbagai pendidikan kepolisian serta pengalaman dalam intelijen keamanan.

Meskipun tidak memiliki gelar akademis ‘mentereng’ dari institusi pendidikan tinggi seperti Akademi Kepolisian, Luthfi telah membuktikan kemampuannya melalui pengalaman dan kepemimpinan yang kuat dalam berbagai posisi strategis di Polri.

Di Jateng, Luthfi pun ‘dibranding’ kenal dekat dengan masyarakat dan memiliki rekam jejak yang baik dalam menangani isu-isu keamanan.

Pendukung Kemenangan

Kedua calon gubernur ini memiliki latar belakang yang mentereng. Namun dari sisi pengalaman dan jaringan politik, Luthfi mungkin memiliki keunggulan terutama dari sisi dukungan partai yang luas, pengalamannya di pemerintahan serta kepolisian.

Sementara itu, Andika Perkasa membawa kekuatan latar belakang militer dan popularitasnya sebagai mantan Panglima TNI ke dalam kontestasi ini. Sayangnya, segudang gelar dan latar belakang pendidikan yang gemilang tak mendulang kemenangannya.

Penulis melihat, kemenangan Ahmad Luthfi atas Andika Perkasa dalam Pilgub Jateng lebih didasari pada jaringan politik dan sepak-terjang calon di masyarakat. Selain itu, dukungan partai politik yang kuat.

Dengan demikian, Pilgub mampu menempatkan pasangan Luthfi-Yasin yang didukung oleh koalisi gemuk yakni 16 partai, mampu memperoleh 59,1% suara, menang di 32 dari 35 distrik.

Pengalamannya sebagai Kepala Kepolisian Jateng dan fokusnya pada koneksi akar rumput mendapat sambutan ‘meriah’ dari para pemilih, yang menekankan bahwa kedekatan dengan masyarakat sangat penting dalam pemilihan umum.

Pendekatan ini memungkinkannya untuk membangun kepercayaan dan menanggapi aspirasi pemilih secara efektif, yang pada akhirnya membawanya pada keberhasilan pemilihan umum.

Sebaliknya, meski latar belakang akademis Andika yang sangat mengesankan, namun itu tidak cukup untuk mengamankan kemenangan dalam kontestasi politik di Jawa Tengah.

Kurangnya koneksi politik, dan minimnya jaringan hingga akar rumput yang menyasar ke semua basis masa tak mampu mendorong kemenangan Andika-Hendi. Sebab, perolehan suara 40 persen paslon itu besar kemungkinan hanya basis loyal PDIP dan pemilih rasional (swing voter).

Fakta kekalahan Andika-Hendi sangat kontras dengan jaringan politik Ahmad Luthfi yang sangat luas dan fokus pada komunitas. Pengalamannya “mengelola” basis masa dan masyarakat pesantren terutama oleh Gus Yasin sangat mendorong kemenangan paslon Luthfi-Yasin.

Paslon 2 Luthfi-Yasin saat bersama Prabowo Subianto/ sumber: pinterest

Selain itu, diakui atau tidak, endorsesment politik dari mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan turut serta berkampanye serta ‘cawe-cawe’ Prabowo Subianto dengan membagikan video viral dukungan terhadap paslon 2 Luthfi-Yasin cukup membantu kemenangan Luthfi-Yasin dalam pemilu.

Singkatnya, rata-rata pemilih Jateng lebih menyukai pendekatan Luthfi-Yasin yang langsung menyasar pada komunitas dan “sarang” pesantren. Kekuatan endorsesment Jokowi-Prabowo juga dianggap mampu mempengaruhi calon pemilih.

Artinya, fenomena ini menunjukkan koneksi pribadi dan jangkauan lokal sering kali lebih penting daripada kredensial akademis dalam keberhasilan politik. Hasil ini menekankan pentingnya ikatan komunitas dalam politik elektoral. (Red)

*) Penulis: Muhammad Abrar Rizartiano, mahasiswa Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Pamulang
**) Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Politik, Dosen pengampu: Dr. Herdi Wisman Jaya

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo