
SUARAMUDA, SEMARANG – Di era digital saat ini, segala informasi dapat diakses diberbagai media sosial manapun dengan mudah. Hal ini membawa tantangan sekaligus peluang yang bertujuan membentuk karakter bangsa.
Pancasila sebagai filosofi dasar bangsa Indonesia menawarkan perspektif unik dalam memahami kompleksitas informasi modern.
Dalam konteks informasi digital, kecerdasan manusia diuji untuk tidak sekadar menerima, tetapi memahami, mengolah, dan memaknai setiap informasi yang diterima.
Informasi bukanlah sekedar konsumsi publik, melainkan menggunakan nalar kemanusiaan untuk memfilter konten yang mendidik, konstruktif, dan bermakna.
Dengan kesadaran berpikir kritis manusia tidak mudah teprovokasi dan selalu mengutamakan dialog serta setiap informasi harus ditelaah secara mendalam ,dengan mempertimbangkan konteks manusia.
Hakikat manusia merupakan suatu konsep yang kaya dan rumit, meliputi berbagai aspek fisik, mental, dan spiritual. Dalam usaha mencari makna hidup, manusia sering kali menghadapi berbagai tantangan dan pilihan yang memerlukan kebijaksanaan.
Oleh karena itu, informasi yang bijak sangat penting, karena dapat membantu seseorang dalam mengambil keputusan yang tepat, memahami diri sendiri, dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.
Strategi Kemanusiaan
Dalam mewujudkan masyarakat berbasis Pancasila melalui kebijaksanaan infromasi diperlukan penempatan manusia sebagai subjek utama, ini berarti setiap individu harus terlibat secara aktif dalam proses pembangunan dan pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan bersama.
Maka untuk menciptakan masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila dengan pengelolaan informasi yang bijak, diperlukan beberapa langkah strategis, salah satunya adalah meningkatkan literasi digital.
Literasi digital mencakup kemampuan dalam memahami, menganalisis, dan memanfaatkan informasi dengan tepat.
Oleh karena itu, upaya peningkatan literasi digital melalui program edukasi harus menjadi prioritas utama di berbagai lingkungan, mulai dari institusi pendidikan, keluarga, hingga komunitas masyarakat luas.
Dengan meningkatkan pendidikan literasi kemanusiaan di era digital saat ini seharusnya lembaga pendidikan lebih memfokuskan rancangan program untuk mengajarkan teknologi dan juga membentuk karakter yaitu toleransi yang kuat.
Selain itu, perlu juga adanya kesadaran akan keadilan sosial. Dengan begitu, peran manusia dalam bermedia sosial bisa menyaring informasi yang didapatkan.
Ini bukan sekedar informasi mentah yang tidak jelas, melainkan informaai yang bertujuan untuk menyebarkan narasi positif, menciptakan ruang lingkup antarmanusia.
Oleh sebab itu, diperlukan regulasi berbasis kemanusiaan. Sudah seyogiyanya, pemerintah membuat kebijakan yang dapat melindungi kebenaran, kebijakan yang martabat setiap orang, yang muaranya terciptanya persatuan dalam keberagaman masyarakat majemuk.
Tantangan Informasi di Era Digital
Tak dipungkiri, perkembangan era digital dewasa ini juga menghadirkan berbagai tantangan dalam mewujudkan masyarakat yang berpegang pada nilai-nilai Pancasila. Tantangan-tantangan tersebut antara lain seperti hoaks, disinformasi dan ujaran kebencian.
Menurut beberapa lembaga berbasis organisasi Hak Asasi Manusia (HAM), ditemukan banyak sekali konflik yang sedang dihadapi di berbagai aspek internal dan eksternal. Ini menjadi tantangan serius dan sangat diperlukan upaya strategis.
Secara internal, beberapa tantangan yang dihadapi seperti, pertama; adanya keterbatasan pengetahuan dan pemahaman yang dimana sulitnya memahami informasi yang terbatas.
Kedua; kegagalan mengelola emosi seperti menghadapi stres, kecemasan dan konflik dengan mengelola emosi yang tidak stabil bisa mengakibatkan Kesehatan pada mental yang dimana hal tersebut banyak menimpa sebagian orang. Dan ketiga, interaksi manusia secara langsung menjadi berkurang akibat ketergantungan teknologi.
Adapun secara eksternal, tantangan-tantangan tersebut dapat diidentifikasikan. Pertama, adanya ketidaksetaraan sosial sepert kesenjangan sosial, kasus diskriminasi dan ketidakadilan.
Dan kedua, adanya perubahan lingkungan yaitu pencemaran udara yang disebabkan oleh pabrik karena menghasilkan berbagai zat polutan yang berbahaya.
Bagaimana solusi menghadapi tantangan tersebut?
Dari tantangan itu, penulis memberikan solusi antara lain, sebagai berikut.
1. Pentingnya menyadari bahwa pendidikan itu sangat urgen, yang bertujuan untuk menanggapi informasi-informasi yang tanpa didasari oleh opini yang tidak akurat.
2. Dialog terbuka dan komunikasi yang efektif dengan begitu kesadaran dalam berpendapat untuk mengambil keputusan Bersama didalam sebuah organisasi.
3. Menghormati dan memahami sebuah perbedaan karena di negara ini banyak sekali keberagaman budaya,adat istiadat yang harus kita jaga dan lestarikan.
Dari solusi yang ditawarkan, sudah sepatutnya diciptakan pengembangan kurikulum yang integritas serta relevan. Pemerintah juga mendorong adanya akses pendidikan yang merata dan inklusif.
Selain itu, penting pula kita membangun kesadaran akan hidup toleran dalam keberagaman, mengembangkan program sosial untuk mengurangi kesenjangan dan mengembangkan jaringan internasional untuk pertukaran ide dan teknologi yang bertujuan memajukan generasi bangsa yang lebih berkualitas.
Kita patut bersepakat bahwa membangun masyarakat berbasis Pancasila melalui informasi bijak merupakan perjalanan yang membutuhkan komitmen kolektif dengan tujuan untuk bisa mengelola informasi dengan baik dan Pancasila sebagai dasar negara yang berfungsi membangun masyarakat yang berkeadilan dan beradab.
Maka, di tengah gempura digitalisasi ini, perlu adanya penguatan nilai-nilai Pancasila yang nantinya akan membantu masyarakat untuk lebih bijak dalam menyaring informasi, megurangi radikalisasi dan meningkatkan toleransi.
Tentu, semua itu bisa diimplementasikan lewat bumisasi nilai-nilai Pancasila melalui upaya pendidikan yang inklusif. Dengan penuh kesadaran, kita juga dapat mengubah ruang digital menjadi wadah pemersatu—bukan pemecah belah.
Sesungguhnya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tetap relevan sebagai pondasi moral dan sosial bagi masyarakat agar menjadi generasi bangsa yang berkualitas di masa mendatang. (Red)
*) Tim Penulis: Amalia Putri Khoirun Nisa, Sri Wijani, Geby Febrianni dan Satria Khamandanu Sya’badi, mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu komputer, Universitas Pamulang.
** ) Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, Dosen Pengampu: Dr. Herdi Wisma Jaya