promo

KH Achmad Chalwani dan KH Ali Masykur Musa Terpilih Pimpin JATMAN 2024-2029

Boyolali, SUARAMUDA – KH Achmad Chalwani dan Prof KH Ali Masykur Musa resmi terpilih sebagai Rais dan Mudir ‘Aali Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) periode 2024-2029. Penetapan ini dilakukan dalam Kongres Ke-13 JATMAN yang digelar di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah, pada Sabtu-Minggu (21-22/12/2024).

Pemilihan pimpinan JATMAN dilakukan melalui musyawarah Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA) oleh sembilan ulama terkemuka, kemudian disahkan dalam Sidang Pleno Kongres.

Dalam sambutannya, KH Ali Masykur Musa menyampaikan pentingnya tarekat sebagai jalan menuju keselamatan dan kebahagiaan sejati.

“Carilah wasilah, yaitu guru kita, mursyid kita. Dengan bersungguh-sungguh mencari, kita akan menjadi muflihun atau orang-orang yang beruntung,” ujarnya, seperti dilansir NU Online.

Ia menekankan bahwa tarekat bukan hanya jalur spiritual, tetapi juga menjadi bagian penting dalam sejarah perjuangan bangsa.

“Tarekat adalah mata rantai perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ini menjadi pegangan kita semua,” tegasnya.

Rais ‘Aali terpilih, KH Achmad Chalwani, turut menjelaskan peran tarekat dalam melahirkan tokoh-tokoh besar bangsa, seperti Moh Hatta dan Pangeran Diponegoro.

“Mereka adalah pengamal tarekat yang berkontribusi besar bagi Indonesia,” ungkap pengasuh Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo itu.

Kongres JATMAN Mendapat Apresiasi Menteri Agama RI
Kongres Ke-13 JATMAN resmi dibuka oleh Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, ditandai dengan pemukulan bass drum bersama Wakil Rais ‘Aam KH Anwar Iskandar, Katib ‘Aam KH Akhmad Said Asrori, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, dan Ketua Panitia KH Ali Masykur Musa.

Dalam khutbah iftitahnya, Kiai Miftach menegaskan bahwa PBNU tidak memiliki kepentingan tertentu dalam proses pemilihan pimpinan JATMAN.

“PBNU di dalam menyelenggarakan dan memfasilitasi Kongres Ke-13 ini tidak ada kepentingan apa-apa. Bukan karena masalah yang sekarang ini sedang ribut masalah nasab,” jelasnya.

Sementara itu, Menteri Agama RI, Prof KH Nasaruddin Umar, memberikan apresiasi atas kiprah JATMAN sebagai organisasi tarekat muktabarah yang telah berdiri sejak 1979.

“JATMAN terus berkontribusi menciptakan keteduhan, kedamaian, dan menjadi simpul perekat persatuan bangsa,” ujar Menag.

Ia berharap hasil kongres kali ini mampu memperkuat peran JATMAN dalam membangun kehidupan keagamaan yang lebih baik untuk kemaslahatan bangsa.

“Saya mengajak JATMAN dan seluruh ormas keagamaan untuk menjaga soliditas dalam membangun kehidupan yang harmonis,” tandasnya.

Perubahan Sejumlah Istilah di Kongres JATMAN
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), H Said Amin Husni memberikan penegasan identitas JATMAN sebagai salah satu Badan Otonom (Banom) NU.

“Sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Dasar (PD) JATMAN, Jam’iyyah Ahlith Thoriqah Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah didirikan pada tanggal 20 Robiul Awwal 1377 H, bertepatan tanggal 10 Oktober 1957 di Pesantren Tegalrejo Magelang Jawa Tengah,” kata dia.

Keberadaan JATMAN kemudian disahkan pada Muktamar NU di Semarang tahun 1979. Amin Said, kemudian membacakan beberapa perubahan atau penyesuaian, yang selanjutnya, apabila telah disepakati oleh forum, akan menjadi rujukan penamaan untuk sesi-sesi berikutnya.

“Beberapa penyesuaian pada permusyawaratan JATMAN ini antara lain: nama permusyawaratan yang semula disebut Muktamar, diubah menjadi Kongres,” ucapnya.

Kedua, terkait dengan penamaan jabatan di JATMAN, yang sebelumnya menggunakan istilah Rais Aam, diubah menjadi Rais Aali. Begitu pula untuk Mudir Aam menjadi Mudir Aali.

“Di NU, istilah jabatan Rais Aam hanya satu saja di PBNU, sedangkan untuk Banom kita lakukan penyesuaian menjadi Rais Aali,” tandas Kiai Said.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo