
Oleh : Dwiga Kurniasari*)
SUARAMUDA, KOTA SEMARANG — Salah satu brand peralatan rumah tangga yang begitu populer di Indonesia dan juga banyak diminati ibu-ibu rumah tangga adalah “Tupperware”.
Mengutip Rizal Setyo Nugroho (2024), Tupperware didirikan oleh seorang ahli kimia berasal dari Massachusetts, Amerika Serikat, Earl Tupper pada tahun 1946. Pada saat pembuatannya, Earl terinspirasi membuat wadah dengan tutup kedap udara sekaligus hemat karena dapat mengurangi sampah makanan.
Tupperware sering dikenal dengan produk rumah tangga yang ramah lingkungan karena dapat digunakan kembali dengan waktu cukup lama, tidak berminyak, tidak bau dan secara tidak langsung tupperware telah berkontribusi mengurangi sampah plastik yang mengotori lingkungan.
Pada awal pengenalan produknya dilakukan dengan cara menjual produk langsung kepada ibu rumah tangga yang dijuluki “home party”. Kemudian trik penjualan tersebut berkembang begitu pesat dan bahkan mempunyai komunitas yang dikenal dengan “Tupperware Party”.
Bertahun-tahun setelahnya, tupperware telah dijual di hampir 100 negara dan pasar terbesarnya adalah Indonesia. Perusahaan yang telah dikenal lama sebagai pemimpin dalam industri wadah plastik rumah tangga itu, kini tengah menghadapi masa-masa sangat sulit.
Perubahan preferensi atau kecenderungan konsumen terhadap suatu barang, persaingan yang sangat ketat pada era ekonomi digital.
Kalah Saing
Banyak sekali perusahaan pesaing yang memproduksi jenis produk peralatan rumah tangga yang lebih inovatif seperti Moorlife, Lion Star, Orinoco, Ecentio, Eatkit yang menawarkan produk dengan harga yang lebih murah dan penampilan produk yang lebih menarik.
Semakin ke sini banyak ibu-ibu muda yang membeli produk dengan melihat estetika pada produk tersebut.
Dirasa tupperware juga kurang merespon perkembangan teknologi, karena sampai dengan tahun 2023 lalu, strategi penjualannya masih mengandalkan penjualan langsung. Di sisi lain, strategi penjualan via e-commerce sudah berkembang pesat.
Mengunggulkan kualitas saja pada suatu produk ternyata tidak cukup. Selain itu adanya masalah internal telah membawa perusahaan tupperware ke ambang krisis keuangan dan utang yang membengkak.
Dalam situasi yang seperti ini, akuntansi manajerial memiliki peran yang begitu penting dalam pengambilan keputusan untuk menghadapi permasalahan tupperware. Lantas, pengambilan keputusan seperti apa yang harus dilakukan?
Peran Penting Akuntansi Manajerial
Agar suatu perusahaan dan juga tupperware tetap eksis dan tidak sampai terlilit hutang yang cukup banyak, ada beberapa hal yang seyogyanya layak dilakukan.
Pertama, analisis biaya untuk menekan pemborosan dalam akuntansi manajerial dilakukan dengan pengendalian biaya.
Dengan akuntansi manajerial, pelaku usaha dapat mengidentifikasi atau menentukan biaya-biaya mana yang tidak memberikan nilai tambah dengan membandingkan antara hasil aktual dan hasil yang dianggarkan pada priode dasar.
Selisih antara hasil aktual dan yang direncanakan merupakan umpan balik yang mendorong para manajer untuk mengambil tindak koreksi.
Dengan melihat penjualan yang lemah serta kondisi pasar yang lesu, maka hal yang dilakukan yakni dapat mengurangi produksi yang dianggarkan dalam unit atau menghapus beberapa produk secara bertahap sehingga kerugian dapat dihindari.
Hal ini untuk menjaga bisnis agar tetap berkelanjutan dalam situasi ekonomi yang sulit. Biasaanya biaya yang dapat dipangkas yaitu biaya variabel, karena biaya yang akan meningkat saat output-nya naik.
Kemudian dapat melakukan optimalisasi persedian dengan maksud seorang manajer harus mengecek pada gudang persediaan produk jadi dengan optimal agar dapat memanfaatkan persediaan yang ada, terkadang persediaan pada suatu perusahaan itu sampai menumpuk.
Proses Pengambilan Keputusan
Kedua, perencanaan dan penganggaran. Hal itu memilik peran penting dalam proses pengambilan keputusan pada perusahaan manufaktur.
Perusahaan tupperware dapat melakukan sasaran jangka pendek, di mana sasaran jangka pendek ini harus berbeda dengan berjalannya usaha sebelum diambang kesulitan.
Tupperware juga harus menentukan sasaran yang lebih terukur yang dapat dicapai dalam jangka pendek seperti target penjualan dalam setiap bulan atau triwulan.
Selain itu pihak tupperware layak melakukan analisis terhadap tren pasar yakni dengan memantau bagaimana kondisi tren industri sekarang, preferensi konsumen dan perkembangan teknologi yang dapat mempengaruhi permintaan produk.
Perusahaan tupperware perlu melakukan rencana strategi seperti rencana pemasaran dengan membuat strategi untuk memasarkan produk yang sesuai dengan zaman, termasuk penetapan harga dan promosi.
Dalam proses penganggaran, langkah yang dapat dilakukan perusahaan tupperware harus menyusun beberapa anggaran seperti anggaran penjualan, dimana menyusun anggaran penjualan berdasarkan tren pasar, perkiraan tentang keadaan penjualan di masa yang akan datang.
Setelah itu melakukan anggaran produksi untuk mengetahui berapa banyak unit yang harus diproduksi untuk menenuhi kebutuhan penjulan dan kebutuhan persediaan akhir.
Lalu, membuat anggaran bahan baku, tenaga kerja langsung, overhead, anggaran beban pokok penjualan dan anggaran beban penjualan dan administrasi.
Dalam hal penganggaran, suatu perusahaan juga dapat menyusun laporan laba rugi dianggarkan, dengan perusahaan tupperware merumuskan anggaran dapat membantu manajer untuk mengetahui seberapa menguntungkan pada tahun mendatang.
Jika setelah mengetahui laba rugi yang dianggarkan tetapi labanya tidak cukup tinggi, tahap penyesuaian ke anggaran dapat dilakukan setelah anggaran ini selesai.
Sehingga perusahaan dapat melakukan perbaikan atau penyesuaian secara bertahap dan hal ini akan dapat membawa perusahaan pada tujuan yang jelas.
Tak dipungkiri, setiap perusahaan yang beroperasi pastinya memiliki hutang dan piutang dalam keberlangsungan usahanya. Akan tetapi, pihak internal perusahaan seperti manajer atau tenaga kerja yang ditugaskan pada bagian tersebut harus mampu bekerja dengan baik dan tepat.
Dalam kegiatan usahanya, tupperware harus merumuskan anggaran kas karena anggaran kas sangat penting dalam mengelola sebuah bisnis, apalagi perusahaan tupperware sebelumnya terdapat kredit.
Sehingga, perusahaan dapat merencanakan anggaran kas untuk menutupi kredit dan jika perusahaan memiliki sejumlah piutang harus menyusun jadwal penagihan piutang supaya tidak ada piutang tak tertagih.
Dengan demikian, keuangan dalam perusahaan itu sangat jelas dan setiap terdapat kredit diikuti dengan adanya anggaran kas yang siap untuk menutupi.
Adanya pesaing yang begitu ketat perusahaan tupperware harus mengembangkan berbagai inovasi produk sekaligus mempertahankan kualitas khasnya.
Inovasi sebagai Kunci
Pengambilan keputusan Inovasi produk yang dapat dilakukan salah satunya menambahkan desain estetik. Yakni dengan merancang produk spesial, dengan cara cara penjualan secara eksklusif untuk memberikan daya tarik visual.
Kemudian, memberikan opsi personalisasi bagi konsumen untuk memilih warna dan desain yang sesuai dengan preferensi mereka akan membuat penjualan akan tepat berjalan terus menerus karena adanya keluaran terbaru.
Selain itu, perusahaan juga harus peka terhadap perkembangan teknologi. Hal ini dapat dilakukan dengan pembangunan outlet atau toko secara online dan melakukan kolaborasi dengan influencer.
Oleh karena itu, dengan adanya pengambilan keputusan yang tepat tupperware memiliki peluang untuk bertahan dalam situasi sulit ini. Perusahaan juga tidak hanya bertahan tetapi dapat bangkit kembali dan mencapai kesuksesan jangka panjang.
Studi kasus perusahaan tupperware adalah fakta yang dapat menjadi pelajaran bagi industri-industri lokal yang harus selalu mengikuti perkembangan zaman, tren pasar, penyusunan perencanaan dan penganggaran yang tepat. (Red)
*) Penulis, Dwiga Kurniasari, mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Universitas negeri Semarang