promo

Ponpes Durrotu Aswaja Adakan Pelatihan Metode Yanbu’a untuk Pengajaran Al Qur’an yang Lebih Baik

KH Ulil Albab Arwani, pengasuh PP Yanbu’ul Qur’an Kudus saat mengisi pelatihan metode baca Al Qur’an Yanbu’a di PP Durrotu Aswaja. Minggu (24/11)

Kota Semarang, SUARAMUDA
Pondok Pesantren (Ponpes) Durrotu Aswaja Banaran Gunungpati, Kota Semarang, menggelar pelatihan metode baca Al Qur’an Yanbu’a di TK Tahfizhul Qur’an Permata Bunda pada Minggu, 24/11/2024.

Pelatihan ini bertujuan untuk memastikan pengajaran Al Qur’an dilakukan dengan benar dan terhindar dari kesalahan, serta telah menjadi kegiatan rutin tahunan.

KH. Ulil Albab Arwani Alhafizh, Pengasuh Ponpes Yanbu’ul Qur’an, mengingatkan pentingnya kualifikasi guru yang mengajarkan Al Qur’an.

Menurutnya, seorang guru harus sudah khatam Al Qur’an secara sempurna dengan berguru langsung kepada seorang kiai ahli Al Qur’an, dari juz pertama hingga juz tiga puluh.

“Guru yang mengajarkan Al Qur’an harus sudah khatam Al Qur’an,” tegasnya.

Dalam metode Yanbu’a, penekanan pada pengajaran ilmu tajwid dan bacaan gharib (bacaan langka atau khusus) diberikan sejak tingkat murid jilid 5, sebelum mereka mulai membaca Al Qur’an.

“Bacaan gharib misalnya. Nanti akan dijelaskan dan dipraktekkan oleh guru, lalu ditirukan oleh murid,” jelas Kiai Ulil.

Terkait tantangan dalam melafalkan huruf hijaiyah, Kiai Ulil menekankan bahwa metode adalah sarana untuk memudahkan proses belajar, namun hasil akhirnya bergantung pada kehendak Allah.

“Tugas kita adalah mengajar agar anak bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Soal berhasil atau tidak, itu tergantung kehendak Allah,” ujarnya.

Menanggapi pertanyaan tentang imam shalat yang tidak fasih membaca surat Al Fatihah, Kiai Ulil menjelaskan bahwa ketidakfasihan seorang imam dapat memengaruhi kemantapan makmum.

Namun, terkait sah atau tidaknya shalat, ia menyebut dua pandangan ulama. “Qaul yang mutamad mengatakan tidak diperbolehkan, tetapi ada juga yang membolehkan selama tidak mengubah makna,” paparnya.

KH. Agus Ramadhan, Pengasuh Ponpes Durrotu Aswaja, menambahkan bahwa sertifikat pelatihan Yanbu’a menjadi salah satu syarat kelulusan di pesantrennya.

“Ada dua syahadah atau sertifikat yang wajib dimiliki santri sebelum lulus, yaitu sertifikat amala bakti santri (Abas) dan pelatihan Yanbu’a,” ungkapnya.

Pelatihan metode Yanbu’a ini tidak hanya bermanfaat bagi santri yang sedang menghafal Al Qur’an, tetapi juga bagi mereka yang bertugas membina Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) yang menjadi bagian dari pesantren.

Meski diperuntukkan bagi santri, pelatihan ini juga terbuka untuk umum. Beberapa ustadz dan guru TPQ dari berbagai kecamatan di Kota Semarang turut hadir sebagai peserta.

Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan kualitas pengajaran Al Qur’an di lingkungan pesantren dan masyarakat umum semakin baik, menghindari kesalahan dalam membaca dan melafalkan ayat-ayat suci. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo