
SUARAMUDA, KOTA SEMARANG – Membaca Tempo, Sabtu (16/11/2024) hati ini terasa miris. Betapa tidak, China dikabarkan akan membantu pendanaan Program Makan Siang Gratis. Jika iya, apakah pendanaan ini bersifat pinjaman?
Jika dicernati seksama, nampaknya asumsi itu bakal terjadi. Oleh karena, pengajar Hubungan Internasional Universitas Paramadina, Peni Hanggarini menilai bahwa bantuan pendanaan yang akan diberikan China kepada Indonesia dalam program makan bergizi gratis berpotensi menjadi ancaman.
Pasalnya, menurut dia, utang bukan sekadar nominal yang harus dibayar, melainkan juga instrumen politik.
“Ancaman bisa berubah menjadi ancaman yang nyata dan itu butuh waktu. Masalahnya hanya terwujud dalam waktu singkat atau tidak,” kata Peni dalam diskusi yang disiarkan secara daring, Jumat, 15 November 2024.
Peni berujar, utang dapat menjadi instrumen politik sebuah negara untuk memengaruhi negara lain. Ada kaitan erat antara ekonomi dan politik dalam konteks utang.
Ketika semakin menumpuk dan sulit dibayar, ia mengatakan utang dari China akan menjadi ancaman yang nyata.
Peni juga mengatakan ancaman akibat utang dapat bersifat spillover atau merambah ke ancaman-ancaman lainnya.
Ia mencontohkan, utang yang awalnya hanya dianggap sebagai beban ekonomi yang besar lama-lama dapat menjadi ancaman dalam konteks keamanan atau human security.
“Berbagai dimensinya nanti akan saling terkait. Kita tidak bisa memandang remeh utang,” ucapnya.
Untuk diketahui, dukungan dana dari pemerintah China merupakan hasil dari lawatan Presiden Prabowo Subianto ke Negeri Panda itu pada Jumat sampai Ahad, 8-10 November 2024.
Kesepakatan itu dibacakan dalam acara penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara pemerintah Indonesia dan pemerintah China yang disaksikan langsung oleh Prabowo dan Xi Jinping.
Selain China, Amerika Serikat (AS) juga disebut akan mendukung program Makan Bergizi Gratis dalam lawatan Prabowo ke negara itu pada Selasa, 12 November 2024. (Red)
Sumber: Tempo