promo

Perundungan di Masa Orientasi dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Mental

Ilustrasi: Mohammed Ahmed/ pinterest

Oleh: Aan Eko Setiawan *)

SUARAMUDA, KOTA SEMARANG – Masa orientasi merupakan periode perkenalan bagi siswa baru di sekolah atau mahasiswa baru di universitas. Biasanya, kegiatan ini bertujuan untuk membantu siswa atau mahasiswa beradaptasi dengan lingkungan belajar yang baru, memahami budaya sekolah atau kampus, serta mengenal sesama teman dan para pengajar.

Di banyak tempat, orientasi menjadi ajang untuk memperkenalkan kegiatan organisasi, fasilitas kampus, dan berbagai nilai yang dipegang teguh oleh institusi pendidikan tersebut. Namun, sering kali, kegiatan orientasi justru diwarnai oleh perundungan atau bullying. Alih-alih menjadi momen pengenalan dan pembelajaran, orientasi bisa berubah menjadi ruang intimidasi yang menekan siswa atau mahasiswa baru.

Mengapa Terjadi Perundungan di Masa Orientasi?

Promo

Perundungan dalam masa orientasi sering kali berakar dari budaya senioritas yang sudah mendarah daging di berbagai institusi pendidikan. Senior, yang merasa memiliki kuasa dan otoritas, kerap memanfaatkan status mereka untuk “menggembleng” atau “menguji mental” siswa atau mahasiswa baru dengan cara yang tidak sehat, seperti menghina, merendahkan, hingga kekerasan fisik atau verbal.

Alasan di balik perundungan ini sering dianggap sebagai tradisi yang diturunkan dari tahun ke tahun, meskipun dampaknya sangat negatif bagi kesehatan mental korban.

Jika dianalisis, beberapa faktor lain yang memicu terjadinya perundungan dalam orientasi antara lain, pertama; tekanan sosial. Senior mungkin merasa perlu meneruskan tradisi perundungan karena takut dipandang lemah oleh rekan-rekan seangkatan mereka.

“Dengan menciptakan lingkungan orientasi yang positif dan memberikan perhatian pada kesehatan mental, kita dapat melindungi generasi muda dari trauma yang tidak perlu”

Kedua, kurangnya pengawasan. Pengawasan yang minim dari pihak sekolah atau universitas dapat membuka celah bagi terjadinya perundungan. Dan ketiga, adanya budaya kekuasaan dan dominasi. Di banyak tempat, orientasi dijadikan ajang untuk menunjukkan dominasi dan kekuasaan, di mana siswa baru dianggap sebagai “bawahan” yang harus tunduk.

Dampak Perundungan terhadap Kesehatan Mental

Perundungan di masa orientasi dapat menimbulkan dampak yang serius pada kesehatan mental korban. Sebuah laporan dari World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa korban perundungan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, hingga kecenderungan bunuh diri.

Beberapa dampak spesifik perundungan terhadap kesehatan mental meliputi:
1. Kecemasan Berlebihan: Korban perundungan sering merasa khawatir dan cemas berlebihan terhadap lingkungan sosialnya, terutama karena takut menghadapi perlakuan buruk dari senior. Ini dapat mengakibatkan korban merasa tidak aman di lingkungan sekolah atau kampus.

2. Depresi: Tekanan emosional yang terus-menerus dapat menyebabkan korban mengalami gejala depresi. Mereka bisa merasa tidak berdaya, kehilangan minat pada aktivitas yang biasa dinikmati, dan sering merasa sedih tanpa sebab yang jelas.

3. Penurunan Prestasi Akademik: Masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi, dapat mengganggu kemampuan konsentrasi dan produktivitas siswa atau mahasiswa, yang pada akhirnya berdampak negatif pada prestasi akademik mereka.

4. Trauma Jangka Panjang: Pengalaman perundungan dapat meninggalkan trauma emosional yang sulit hilang bahkan setelah masa orientasi selesai. Dalam beberapa kasus, korban mengalami trauma psikologis yang membutuhkan perawatan jangka panjang.

5. Resiko Bunuh Diri: Salah satu dampak paling serius dari terganggunya kesehatan mental akibat perundungan adalah kecenderungan untuk bunuh diri. Beberapa korban perundungan merasa putus asa dan kehilangan harapan, hingga akhirnya mengambil jalan pintas untuk mengakhiri penderitaan mereka.

Solusi untuk Menjaga Kesehatan Mental

Penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk melindungi kesehatan mental dari dampak negatif perundungan di masa orientasi. Beberapa strategi yang disarankan oleh jurnal psikologi dan pendidikan meliputi:

1. Menciptakan Budaya Orientasi yang Positif
Institusi pendidikan perlu menciptakan budaya orientasi yang positif, di mana senior berperan sebagai mentor dan pembimbing, bukan sebagai pelaku intimidasi. Kegiatan orientasi harus diarahkan pada pengenalan kampus, pengembangan keterampilan sosial, dan promosi rasa solidaritas di antara siswa baru.

2. Menyediakan Dukungan Psikologis
Institusi harus menyediakan layanan konseling dan dukungan psikologis bagi siswa atau mahasiswa baru yang mungkin mengalami tekanan selama masa orientasi. Program-program seperti pendampingan kesehatan mental dapat memberikan ruang bagi korban perundungan untuk berbicara tentang pengalaman mereka dan mendapatkan bantuan profesional.

3. Pengawasan Ketat dan Kebijakan Anti-Perundungan
Sekolah dan kampus perlu menerapkan kebijakan nol toleransi terhadap perundungan, dengan pengawasan ketat selama masa orientasi. Senior yang terlibat dalam perundungan harus diberikan sanksi tegas agar menjadi pelajaran bagi yang lain.

4. Pelatihan Kesadaran Mental bagi Senior dan Junior
Program pelatihan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental bisa diimplementasikan bagi para senior dan junior. Kegiatan ini dapat mencakup edukasi mengenai dampak negatif perundungan, teknik manajemen stres, dan cara mendukung teman sebaya yang sedang mengalami masalah psikologis.

5. Memperkuat Rasa Percaya Diri Korban
Dalam jurnal psikologi sosial, salah satu cara untuk mengurangi dampak perundungan adalah dengan memperkuat rasa percaya diri korban. Dukungan dari teman, keluarga, dan konselor bisa membantu korban mengatasi rasa takut dan memulihkan kesejahteraan mental mereka.

Kesimpulan

Perundungan di masa orientasi merupakan masalah serius yang tidak boleh diabaikan. Dampak negatifnya terhadap kesehatan mental bisa berlangsung lama, mempengaruhi kehidupan sosial dan prestasi akademik korban.

Untuk mencegah perundungan dan menjaga kesehatan mental, diperlukan upaya bersama dari institusi pendidikan, senior, dan junior, serta dukungan psikologis yang kuat. Dengan menciptakan lingkungan orientasi yang positif dan memberikan perhatian pada kesehatan mental, kita dapat melindungi generasi muda dari trauma yang tidak perlu. (Red)

*) Aan Eko Setiawan, S.T, M.T., adalah Peserta Latsar CPNS 2024

 

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo