
SUARAMUDA – Hungaria menolak untuk mencabut hak vetonya terkait penggunaan sekitar 6 miliar euro atau sekitar Rp102 triliun yang dialokasikan untuk persenjataan bagi Ukraina di bawah Fasilitas Perdamaian Eropa (EPF).
Portal berita CNBC edisi 30 Agustus 2034 memberitalan, keputusan Hungaria pun membuat pening Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell.
“Saya tidak dapat menerima adanya 6 miliar euro di rekening saya saat ini,” kata Borrell kepada media, ketika ditanya tentang uang EPF setelah pertemuan informal para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels pada Kamis (28/8/2024), seperti dikutip Russia Today.
“Uang ini harus diberikan kepada negara-negara anggota,” tambahnya.
UE meluncurkan skema tersebut pada tahun 2021 dan menjadi terkenal setelah Brussels memutuskan untuk menggunakannya guna membantu upaya perang Ukraina melawan Rusia.
Hungaria, penentang keras kebijakan UE terkait krisis Ukraina, telah memblokir bantuan militer ke Kiev selama lebih dari setahun. Ini artinya negara-negara anggota tidak dapat memperoleh penggantian atas pengiriman yang telah mereka lakukan.
Budapest menolak pengiriman senjata ke Ukraina, dengan alasan bahwa pengiriman tersebut gagal mengubah arah konflik dan menghalangi perundingan damai. Budapest menolak memberikan bantuan militer baik secara langsung maupun melalui anggaran gabungan UE.
Sementara dana EPF tetap tidak tersedia karena keberatan dari Hongaria, Borrell mengatakan bahwa Uni Eropa telah mentransfer sekitar 1,4 miliar euro uang Rusia ke Ukraina, yang dihasilkan oleh aset negara Rusia yang dilumpuhkan UE sebagai balasan atas konflik Ukraina.
Brussels mengklaim memiliki hak untuk menggunakan keuntungan tersebut sesuai keinginannya. Transfer tersebut akan “mendukung industri [senjata] Ukraina di dalam negeri,” kata Borrell kepada wartawan. Moskow telah mengecam langkah Uni Eropa tersebut sebagai bentuk pencurian.
Pejabat senior Hungaria telah mengkritik pernyataan tersebut. Menteri Luar Negeri Peter Szijjarto menggambarkannya minggu ini sebagai “kegilaan” yang “harus diakhiri.”
Moskow menganggap konflik Ukraina sebagai perang proksi yang dipimpin AS terhadap Rusia, di mana tentara Ukraina berperan sebagai ‘umpan meriam’.
UE telah digulingkan oleh Washington dan mendukung tujuan geopolitiknya bahkan ketika hal itu merugikan kepentingan warga negara anggota, menurut pejabat Rusia. (Red)
*) artikel ini telah tayang di CNBC (30/8/2024)