promo

Sebelum Doa, Gus Mus Sampaikan Pentingnya Belajar ke Peradaban Desa

SUARAMUDA – Sebelum memanjatkan doa penutup dalam acara pelantikan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah masa khidmat 2024-2029, KH Ahmad Mushtofa Bisri Rembang (Gus Mus) menyampaikan mauidhoh hasanah.

“Saya ingin menyampaikan selamat, tapi saya perlu jelaskan dahulu. Selamat jika kepada para pejabat, itu cocok. Tapi jika untuk pengurus NU, maka saya heran, kok ada yang mau? NU itu organisasi dari desa. Kiai pesantren itu dari desa-desa. Pesantren-pesantren itu sejak dahulu dari desa dan menamakan dirinya dengan desa,” ujar Gus Mus mengawali pembicaraan.

Jika di sini memakai tema-tema, imbuh Gus Mus, maka tidak semua akan paham. “Tapi yang Kiai-Kiai desa paham adalah bahwa budaya desa tidak sama dengan budaya kota. Desa tidak perlu dalil rigid, tapi mereka paham menjalankan. Contoh memuliakan tamu, kesederhanaan, dan lain-lain. Berbeda biasanya dengan budaya kota yang seringkali meminta dalil ini dan itu,” ujar Gus Mus.

Perjuangan kyai-kyai desa, lanjut Gus Mus, adalah menanamkan ajaran Islam dan menjadi budaya bahkan peradaban, meski tidak terlalu mempedulikan dalil.

Promo

“Sehingga perumusan-perumusan tema itu harus dipahami dan bisa diejawantahkan seperti kiai-kiai itu tadi. Menjadi budaya dan peradaban secara alami. Perjuangan membudayakan perlu terus-menerus, sehingga menjadi budaya dan peradaban,” terang Gus Mus.

Gus Mus menegaskan bahwa prinsip NU dalam berkhidmah tidak hanya untuk orang NU saja. “Bahkan untuk umat Islam, dan kemanusiaan pada umumnya,” ujar Gus Mus, sebelum akhirnya memimpin doa penutupan. (Red)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo