
SUARAMUDA – Jaringan Gusdurian bersama kampus Universitas Islam Negeri (UIN) KH. Abdurrahman Wahid (UIN Gus Dur) Pekalongan sukses menggelar “Gus Dur Memorial Lecture” dalam rangka Stadium Generale dengan tema “Demokrasi, Mahasiswa, dan Kepemimpinan Global” pada Senin (26/08/2024) lalu.
Acara yang bertempat di Gedung Student Center Kampus II UIN KH. Abdurrahman Wahid Kajen Pekalongan itu diikuti oleh 2635 mahasiswa baru UIN Gus Dur dan pelbagai kalangan organisasi serta tokoh lintas iman yang berada di Pekalongan.
Prof. Maghfur, selaku PIC dalam acara ini mengatakan stadium generale adalah sebuah tradisi akademik di seluruh perguruan tinggi sebelum memulai perkuliahan.
“Stadium generale ini dilakukan sebagai wahana untuk diseminasi hasil-hasil riset terkini. Tidak cukup hanya terkini, tapi juga ter-hot saat ini. Dalam konteks Indonesia, tema yang kita usung ini adalah “Demokrasi, Mahasiswa, dan Kepemimpinan Global, “terangnya.
Dalam sambutannya, ia juga bercerita tentang kedatangannya di Yogyakarta. Ia disambut dengan demo yang sedang ramai di Indonesia, tak terkecuali Yogyakarta. Ia menjelaskan bahwa demo tersebut bukan hanya diikuti oleh mahasiswa saja, bahkan seorang guru besar, Arif Maftuhin pun ikut serta turun ke jalan untuk demo.
“Mengapa mereka demo, karena demokrasi di Indonesia berada di ujung tanduk. Banyak hasil-hasil riset yang menunjukkan itu. Jadi, matinya demokrasi di Indonesia, perselingkuhan antara legislatif, yudikatif, dan eksekutif. Politisi dikebiri dan seterusnya, ini menjadi bagian dari situasi perpolitikan saat ini, karena itulah kalau kita membaca buku-buku politik, ada demokrasi defisit, “pungkas Maghfur.
Sementara itu, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid, dalam sambutan virtualnya menyebut Gus Dur Memorial Lecture adalah serial yang diluncurkan oleh Jaringan Gusdurian bekerja sama dengan sivitas akademik di berbagai titik di Indonesia sebagai upaya untuk mengambil inspirasi dari perjuangan panjang almaghfurlah Gus Dur.
“Sebagai mana kita tahu, Gus Dur adalah pemimpin yang punya banyak dimensi, punya banyak rekam jejak. Beliau tidak hanya pemuka agama, bukan hanya pemimpin organisasi Islam terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama, tetapi juga beliau adalah pejuang champion demokrasi, dan juga champion persaudaraan lintas iman, “terus Alissa.
Senada dengan Alissa Wahid, Koordinator Sekretariat Nasional (SekNas) Jaringan Gusdurian, Jay Akhmad, menuturkan bahwa Gus Dur Memorial Lecture ini adalah upaya kita bersama di Jaringan Gusdurian dengan melibatkan banyak stakeholder, terutama di kampus-kampus yang ada di Indonesia untuk terus menggali nilai, pemikiran, dan keteladanan Gus Dur.
Jay menyebut Gus Dur Memorial Lecture kali ini sangat istimewa, karena diselenggarakan di UIN yang bernama KH. Abdurrahman Wahid.
Pada kesempatan yang sama, Rektor UIN Gusdur, Prof. Zaenal Mustakim dalam sambutan keynote-nya mengajak generasi muda untuk membuka wawasan yang luas sebagaimana dimiliki Gus Dur. Dia juga menuturkan, UIN Pekalongan mendapatkan keberkahan karena menggunakan nama ini (KH. Abdurrahman Wahid).
Dalam kacamata Prof. Zaenal, Gus Dur adalah sosok luar biasa. Dia menceritakan kenangannya, pada tahun 1991-an, dimana negeri ini dalam himpitan Orde Baru, Gus Dur membuat sebuah perkumpulan yang bernama “Forum Demokrasi”. Tujuannya tak lain sebagai sarana untuk bertatap muka dengan teman-teman aktivis, intelektual, berbicara terkait demokrasi, plurarisme, toleransi, dan kebangsaan.
“Dan itulah nanti, kita ingin bahwa mahasiswa UIN Gus Dur, bisa meneladani sifat Gus Dur yang luar biasa, yang selalu mengedepankan kemanusiaan, toleransi, pluralisme, dan keberagaman, “pungkas Rektor UIN itu. (Red)