Penulis: Dio Rozan Firdhaus, mahasiswa Unair Surabaya
SUARAMUDA, SEMARANG – Sebagai langkah awal setelah dilantiknya sebagai presiden, Prabowo Subianto langsung menunjukkan komitmennya untuk memberantas korupsi. Hanya dalam waktu sepuluh hari pertama pemerintahannya, sebanyak 28 tersangka korupsi berhasil ditangkap.
Tindakan tegas ini tak hanya mengejutkan publik, tetapi juga mempertegas pesan bahwa pemberantasan korupsi akan menjadi prioritas utama dalam era kepemimpinan Prabowo. Dukungan luas dari masyarakat dan media pun mengalir, menyebut ini sebagai awal yang positif bagi pemerintahan baru.
Salah satu kasus yang mencuri perhatian adalah dugaan korupsi yang melibatkan PT. Asset Pasific. Dalam kasus ini, Kejaksaan Agung berhasil menyita uang tunai hampir Rp 1 triliun terkait korupsi Duta Palma Group.
Penggeledahan dilakukan di dua kantor perusahaan tersebut, menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menindak aktor-aktor besar yang merugikan negara. Penanganan kasus ini menjadi simbol dari janji Prabowo untuk tidak pandang bulu dalam menindak pelaku korupsi.
Tak hanya menyasar kasus besar, pemerintah juga bergerak menangani korupsi di tingkat desa. Seorang kepala desa dan sekretaris desa di Talang Renah, Kabupaten Bengkulu Utara, ditangkap atas dugaan korupsi dana desa sebesar Rp 780 juta.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa korupsi tidak hanya terjadi di level atas, tetapi juga merusak tatanan masyarakat di tingkat akar rumput. Tindakan tegas terhadap pelaku di daerah ini mendapat apresiasi luas sebagai langkah untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan dana publik.
Lebih lanjut, Kejaksaan Agung juga menangkap tiga hakim Pengadilan Negeri Surabaya yang diduga terlibat dalam kasus korupsi vonis bebas terhadap Ronald Tannur. Selain hakim, pengacara Ronald, Lisa Rahmat, dan mantan pejabat Mahkamah Agung, Zarof Ricar, turut ditetapkan sebagai tersangka.
Penanganan kasus ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam membersihkan lembaga peradilan dari praktik kotor yang mencederai rasa keadilan masyarakat. Kasus korupsi lain yang mencuri perhatian adalah pengadaan lahan untuk proyek tol Padang-Pekanbaru. Sebanyak 12 ASN ATR/BPN ditangkap oleh Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat atas dugaan merugikan negara senilai Rp 27 miliar.
Korupsi dalam proyek infrastruktur strategis ini menjadi sorotan karena dampaknya yang luas terhadap pembangunan nasional. Penanganan kasus ini diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi pelaku proyek lainnya untuk bekerja lebih transparan dan akuntabel.
Di sektor industri, kasus PT. ANTAM Tbk menjadi perbincangan hangat. Kejaksaan Agung menetapkan enam orang tersangka yang diduga memproduksi logam mulia merek LM Antam secara ilegal dengan total 109 ton emas.
Kasus ini menggambarkan betapa korupsi telah merasuki berbagai sektor strategis, termasuk industri pertambangan. Penanganan kasus ini juga mendapat apresiasi besar karena mengembalikan kepercayaan publik terhadap perusahaan BUMN.
Korupsi juga terjadi di sektor olahraga, tepatnya terkait dana hibah untuk NPCI (National Paralympic Committee Indonesia). Kevin Fabiano, anggota DPRD Solo, ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan korupsi sebesar Rp 122 miliar.
Tindakan ini menjadi bukti bahwa pemerintah tidak akan ragu menindak koruptor, bahkan jika mereka berasal dari sektor yang kerap diasosiasikan dengan perjuangan dan integritas.
Kasus impor gula pada tahun 2015 juga kembali mencuat, dengan Kejaksaan Agung menetapkan Thomas Lembong sebagai tersangka. Dugaan korupsi ini merugikan negara hingga Rp 400 miliar.
Langkah pemerintah mengusut kasus lama ini menunjukkan tekad untuk menyelesaikan pekerjaan rumah yang selama ini terabaikan. Prabowo berkomitmen untuk mengungkap kasus-kasus lama yang masih memiliki dampak besar terhadap keuangan negara.
Pemerintah baru di bawah Prabowo Subianto telah menyelamatkan potensi kerugian negara sebesar Rp 3,1 triliun dengan total 28 tersangka koruptor yang ditangkap dalam waktu singkat. Langkah tegas ini menjadi pesan kuat bahwa pemerintahan Prabowo serius dalam menegakkan hukum dan menjadikan pemberantasan korupsi sebagai prioritas utama.
Respons cepat ini juga menjadi langkah penting dalam membangun kepercayaan publik terhadap pemerintah. Gelombang penangkapan koruptor ini menjadi titik awal yang menjanjikan bagi Indonesia untuk memulai babak baru dalam tata kelola negara yang bersih dan berintegritas.
Namun, tantangan ke depan tentu tidak mudah. Konsistensi dan pengawasan ketat akan menjadi kunci untuk memastikan bahwa langkah-langkah awal ini benar-benar membawa perubahan nyata bagi masa depan Indonesia. (Red)
*) Isi dan pesan yang terkandung dalam artikel ini tidak mewakili pandangan redaksi suaramuda.net.
**) Semua isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis