![Khutbah Jum’at: Sya’ban sebagai Jembatan Spiritual Menuju Ramadhan yang Penuh Ampunan](https://suaramuda.net/wp-content/uploads/2025/02/f90ff4f37b62aa088197bcf18e59e2a4.jpg)
SUARAMUDA, KOTA SEMARANG – Di balik isu penangguhan kelulusan gelar doktor Menteri ESDM sekaligus Ketua Umum Golkar Bahlil Lahadalia, ada juga mahasiswa berprestasi seperti Muhammad Rakha Dizionario, yakni sosok wisudawan termuda Institut Teknologi Bandung (ITB).
Rakha, demikian panggilan akrab Muhammad Rakha Dizionario, adalah lelaki muda berusia 19 tahun yang telah lulus jenjang S1. Menariknya lagi, Rakha bahkan sudah terdaftar di program fast track atau percepatan S1 ke S2. Sehingga ia berusaha agar saat lulus S2 sudah berusia 20 tahun.
Sosoknya adalah mahasiswa Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung (ITB) pada periode 2024/2025. Dalam Tugas Akhir yang berjudul “Karakterisasi Sedimen Pasir Besi di Pesisir Pantai Berdasarkan Parameter Magnetik dan Mineralogi di Kecamatan Cidaun” ia meneliti potensi pasir besi di pesisir Cidaun, Jawa Barat.
Berhasil = Kerja Keras
Rakha menganalisis kandungan mineral dari sampel pasir pantai melalui parameter magnetik dan mikroskopik untuk mengidentifikasi potensi mineral. Khususnya besi, sebagai sumber daya alam lokal yang bernilai.
Rakha adalah sosok yang rendah hati, walau telah mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di ITB, dia merasa usia muda tidak memberikan privilege dalam hal akademik.
Baginya, keberhasilan akademik lebih didasarkan pada kerja keras, bukan semata-mata usia.
“Aku merasa menjadi muda bukanlah suatu hal yang spesial (privilege). Menurut aku segala opportunity yang didapat aku atau teman-teman aku itu tidak ada sama sekali hubungan sama umur,” ujarnya, dilansir dari ITB.
Rakha dulunya siswa akselerasi sejak SD, lalu ketika memasuki SMP, Rakha semakin termotivasi untuk mempercepat pendidikannya demi mencapai impian kuliah lebih cepat.
Keputusan untuk mengikuti akselerasi di SMA pun dia ambil dengan penuh kesadaran. Rakha merasa beruntung karena sekolahnya membuka program akselerasi untuk angkatannya.
Pada akhirnya, Rakha berhasil masuk ITB melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada tahun 2020.
Kini, dia sedang mengambil langkah baru untuk menempuh pendidikan magister melalui program fast track ITB dengan harapan meraih gelar magister pada usia 20 tahun.
Di balik prestasinya, Rakha menyadari bahwa setiap orang memiliki tantangannya sendiri. Menurutnya, tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain karena setiap orang memiliki perjalanan dan pencapaian masing-masing.
“Jangan terlalu membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain yang malah (membuat) overthinking terhadap hal yang tidak penting,” ujarnya.
Dia pun menyampaikan ungkapan terima kasih kepada orang-orang yang selalu menemani perjalan hidupnya hingga saat ini. (Red)
Sumber: Kompas.com