Rumah Kayu Ramah Lingkungan Karya Dosen UGM Raih Penghargaan Best Greenship Innovation

SUARAMUDA.NET, SLEMAN, YOGYAKARTA — Kabar membanggakan datang dari Universitas Gadjah Mada (UGM)!

Paviliun CLT Nusantara, rumah kayu ramah lingkungan yang dirancang tim riset Fakultas Teknik UGM pimpinan Prof. Dr. Ali Awaludin, sukses menyabet penghargaan Best Greenship Innovation dalam ajang bergengsi Greenship Awards 2025 yang digelar Green Building Council Indonesia (GBCI), Jumat (5/12) lalu.

Bukan sekadar bangunan biasa, Paviliun CLT Nusantara membawa semangat baru: konstruksi masa depan yang lebih hijau, rendah emisi, dan berbasis material lokal. Prestasi ini sekaligus membuktikan bahwa Indonesia punya kekuatan besar untuk bersaing dengan negara maju dalam teknologi konstruksi kayu modern.

Bangunan Kayu Masa Depan yang Jadi Magnet Internasional

Berdiri ikonik di Taman Manufaktur FT UGM, paviliun ini telah didatangi tamu dari lima benua—mulai dari peneliti, akademisi, hingga pelaku industri.

Perpaduan teknologi kayu Cross-Laminated Timber (CLT), panel surya, smart lighting, dan IoT smart garden membuatnya terasa futuristik namun tetap hangat dan natural.

“Paviliun ini bukan hanya ruang pertemuan, tapi juga laboratorium hidup untuk inovasi konstruksi berkelanjutan,” ujar Prof. Ali saat ditemui di kampus UGM, Senin (8/12).

Material kayu akasia dipilih bukan tanpa alasan—jenis ini tumbuh cepat, kuat, dan tahan jamur. Teknologi CLT yang digunakan pun disesuaikan lewat reverse engineering agar cocok dengan iklim Indonesia.

Menariknya, proyek besar ini berawal dari eksperimen sederhana menggunakan lakban dan kayu akasia sebelum berkembang menjadi kolaborasi riset nasional bersama ITB dan Polman Bandung. Keren banget, kan?

Bukan Untuk Perumahan Massal, Tapi Ruang Edukasi Masa Depan

Walau digadang-gadang sebagai model konstruksi masa depan, Prof. Ali menegaskan bahwa bangunan ini bukan untuk hunian massal, melainkan untuk public space seperti sekolah dan ruang belajar.

“Kami ingin anak-anak melihat langsung bagaimana ecological material diterapkan dalam konstruksi. Mereka bukan hanya belajar teori, tapi mengalami sendiri,” jelasnya.

Selain ramah lingkungan, struktur CLT kayu memiliki daya tahan guncangan tinggi dan efisiensi perawatan. “Kayu cukup dijaga tetap kering. Kalau kusam, cukup digosok dan coating dua kali setahun,” tambah Ali.

Menuju Indonesia Net-Zero Emission 2026

Ali menyebut proyek ini sejalan dengan target nol emisi Indonesia pada 2026 melalui reboisasi dan inovasi material. Ia berharap Paviliun CLT menjadi pemantik kolaborasi akademisi, pemerintah, dan industri.

Universitas besar dunia seperti UBC Vancouver dan NTU Singapura sudah lebih dulu membangun gedung bertingkat dari kayu. Kini, dengan penghargaan Best Greenship Innovation, peluang Indonesia untuk menjadi pemain utama semakin terbuka lebar.

“UGM dan Indonesia berpotensi menjadi role model bangunan berkelanjutan di masa depan,” tutup Ali penuh optimistis. (Red)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like