![Satkorcab Banser Kendal di Deklarasi Damai Polda Jateng: “Ora Grusa-Grusu, Tertib dan Terukur”](https://suaramuda.net/wp-content/uploads/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-13-at-10.41.09.jpeg)
Semarang, SUARAMUDA – Tugas ulama, kiai, dan santri dalam mengurus umat tidak hanya terbatas pada aspek keagamaan, tetapi mencakup segala aspek kehidupan, termasuk urusan dunia dan akhirat.
Hal ini ditegaskan oleh Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH. Ubaidullah Shodaqoh, dalam tausyiahnya pada acara Doa Bersama dan Tasyakuran Hari Lahir (Harlah) ke-102 Nahdlatul Ulama yang digelar di lantai 3 Kantor PWNU Jateng. Rabu, 15/1/2025.
“Awal berdirinya pemerintahan ini adalah karena tanggung jawab ulama sebagai pewaris para nabi,” ujar KH. Ubaidullah Shodaqoh, yang akrab disapa Gus Ubed.
Ia mengingatkan, ulama memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan kemaslahatan umat tetap terjaga.
Menurutnya, kehadiran kiai, gus (putra kiai), dan santri di tengah masyarakat adalah pondasi kokohnya peradaban.
“Jika mereka tidak peduli terhadap madrasah diniyah, jamaah tahlil, petani, dan elemen masyarakat lainnya, maka tunggulah kehancurannya,” ujar Gus Ubed mengutip sebuah hadis.
Gus Ubed juga menyoroti peran NU dalam menyelesaikan berbagai persoalan sosial. Ia mencontohkan bagaimana pengurus NU menjadi tempat terakhir bagi petani untuk mengadukan kesulitan mendapatkan pupuk ketika solusi dari pemerintah daerah tak kunjung hadir.
“Akhirnya mereka menghubungi pengurus Nahdlatul Ulama, dan kami ikut mencari jalan keluar,” tuturnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Itqoon di Tlogosari Wetan, Semarang, ini juga mengingatkan para ketua lembaga NU agar menjalankan amanah sesuai hasil Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) NU Jateng.
“Lembaga adalah tangan kanan pengurus NU. Jika lembaga tidak berfungsi dengan baik, maka perjuangan kita akan terhambat,” tegasnya.
Ia juga menggambarkan perjuangan ulama dalam melayani umat sebagai bentuk jihad besar.
“Ini adalah jihad kita semua, seperti yang Nabi Muhammad SAW sampaikan, jihad kecil adalah perang Badar, sementara jihad besar adalah melawan hawa nafsu. Mengurus umat adalah jihad besar,” jelasnya.
Konsolidasi dan Penguatan Organisasi NU Jateng
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng, KH. Abdul Ghaffar Razin (Gus Rozin), menyatakan dukungannya terhadap seruan Gus Ubed.
Ia menekankan pentingnya ulama kembali kepada tugas utama, yaitu mendampingi umat.
“Kita harus kembali kepada basis, yaitu mendampingi Nahdliyyin dan bangsa ini secara sistematis. Tidak bisa hanya mengandalkan pendekatan impulsif,” kata Gus Rozin.
Sebagai langkah konkret, PWNU Jateng akan memperkuat konsolidasi antara pengurus wilayah (PWNU) dan pengurus cabang (PCNU).
Selama empat bulan pasca-Muskerwil, PWNU Jateng juga telah melakukan berbagai inisiatif, termasuk peningkatan kualitas pendidikan melalui pelatihan TOEFL bagi guru pesantren dan sekolah NU di Pare, Kediri.
“Kami juga terus menyehatkan lembaga-lembaga NU yang masih kurang optimal, agar dapat menjalankan perannya lebih maksimal,” tambahnya.
Acara tasyakuran Harlah ke-102 NU ini menjadi momentum refleksi bagi PWNU Jateng untuk memperkuat komitmen dalam mengurus umat dan menjaga keutuhan Nahdlatul Ulama sebagai benteng keislaman yang rahmatan lil ‘alamin.
“Semangat jihad untuk umat harus terus kita gelorakan, agar NU tetap menjadi pengayom dan pemimpin bagi masyarakat,” pungkas Gus Rozin.