promo

RMI PWNU Jateng Gelar Naharul Ijtima: Pesantren sebagai Pilar Indonesia Emas 2045

Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah KH Abdul Ghaffar Rozin saat memberikan arahannya di Naharul Ijtima RMI PWNU Jateng. Sabtu, 25/1/2025.

Kendal, SUARAMUDA
Dalam semangat menyongsong Indonesia Emas 2045, Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah menggelar acara Naharul Ijtima pada Sabtu (25/1/2025) di Pondok Pesantren Darul Amanah, Ngadiwarno, Sukorejo, Kendal.

Acara ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-102 Nahdlatul Ulama (NU), mengusung tema “Revitalisasi Pesantren: Penguatan Spiritualitas untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045.”

Ketua RMI PWNU Jateng, KH Ahmad Fadlullah Turmudzi, menyampaikan bahwa pesantren harus terus bertransformasi agar mampu menjawab tantangan zaman tanpa kehilangan jati dirinya sebagai pusat tafaqquh fiddin atau pendalaman ilmu agama.

Promo

“Kita perlu memperkuat spiritualitas sebagai fondasi menyongsong Indonesia Emas 2045. Pesantren harus tetap menjadi benteng keilmuan agama sambil beradaptasi dengan dinamika modernitas,” ujar Gus Fadlu, sapaan akrabnya.

Berbagai agenda disiapkan dalam acara ini, termasuk Halaqoh Pengasuhan Santri, Halaqoh Pengurus Pesantren yang membahas manajemen kelembagaan, hingga diskusi tentang pesantren riset dan pesantren media. Perhatian khusus juga diberikan kepada madrasah diniyah di bawah naungan RMI sebagai bagian dari ekosistem pendidikan pesantren.

Data dari Kementerian Agama RI menunjukkan bahwa Jawa Tengah memiliki 5.231 pesantren dengan 62.801 lembaga pendidikan dan jumlah santri mencapai 1.968.698.

“Meski jumlah pesantren di Jawa Tengah itu terbanyak nomor 3 di Indonesia setelah Jawa Timur dan Jawa Barat namun populasi santri terbesar ada di Jawa Tengah, menjadikannya kekuatan strategis untuk membangun bangsa,” tambah Gus Fadlu, yang juga Ketua Asosiasi Pendidikan Diniyah Formal (Aspendif).

Membangun Sistem Pesantren yang Maju
Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng, KH Abdul Ghaffar Rozin, menegaskan pentingnya penguatan sistem kepemimpinan dan manajemen di pesantren.

Promo

“Pesantren harus memiliki distribusi kepemimpinan yang baik agar tidak semua beban berada di pundak kiai. Sistem ini akan mempercepat langkah pesantren dalam menyiapkan santri yang siap bersaing di era global,” ujar Gus Rozin.

Ia juga menggarisbawahi kesetaraan pendidikan pesantren dengan pendidikan umum yang telah diatur dalam undang-undang.

“Lulusan pesantren berhak mendapatkan perlakuan yang sama, baik dalam pendidikan tinggi maupun dunia kerja. Negara tidak boleh lagi membedakan mereka hanya karena ijazah pesantren,” tegasnya.

Lebih lanjut, Gus Rozin menyoroti pentingnya program Makanan Bergizi Gratis (MBG) untuk pesantren.

“Pesantren sudah terbiasa mengelola ribuan santri setiap hari. Jika program MBG diberikan kepada pesantren, dampaknya akan sangat besar. Pesantren juga berhak mendapatkan fasilitas ini karena mereka juga pembayar pajak dan bagian dari sistem pendidikan nasional,” ujarnya.

Promo

Mengurangi Seremonial, Meningkatkan Substansi
Dalam momentum Harlah NU ke-102, Gus Rozin mengajak seluruh elemen NU untuk mengurangi kegiatan yang bersifat seremonial dan fokus pada pembenahan sistem pendidikan di pesantren.

“Di usia yang ke-102 ini, mari kita rayakan dengan program yang substantif. Perbaiki sistem di pesantren, tingkatkan kualitas santri, dan wujudkan pesantren sebagai pusat peradaban Islam yang unggul,” pesannya.

Acara ini dihadiri sejumlah tokoh penting, seperti Gus Taj Yasin Maemoen, Rais Syuriyah PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh, Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng KH Abdul Ghaffar Rozin, Wakil Ketua KH Nur Machin Chudlori, dan pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah, KH Mas’ud Abdul Qadir. Selain itu, perwakilan dari Kementerian Agama RI, pemerintah provinsi, dan pemerintah daerah Kabupaten Kendal juga turut hadir.

Puncak acara ditandai dengan pembacaan pernyataan bersama oleh KH Ahmad Fadlullah Turmudzi yang diikuti seluruh pengasuh pesantren di Jawa Tengah. Pernyataan tersebut menjadi komitmen bersama untuk terus memperkuat peran pesantren sebagai pilar pendidikan, spiritualitas, dan pembangunan bangsa menuju Indonesia Emas 2045.

Dengan semangat revitalisasi, Naharul Ijtima ini menjadi bukti nyata bahwa pesantren di Jawa Tengah tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga motor penggerak perubahan sosial yang mampu berkontribusi bagi masa depan bangsa.

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo