promo

Rais Syuriyah PWNU Jateng: Pesantren Pilar Sejarah dan Strategi Masa Depan NU

Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah KH Ubaidullah Shodaqoh

Kendal, SUARAMUDA
Dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-102 Nahdlatul Ulama (NU), Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah menggelar acara Naharul Ijtima di Pondok Pesantren Darul Amanah, Ngadiwarno, Sukorejo, Kendal. Sabtu, 25/1/2025.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi momentum refleksi, tetapi juga wadah penguatan peran pesantren sebagai poros peradaban Islam dan bangsa Indonesia.

Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, KH Ubaidullah Shodaqoh, yang hadir sebagai pembicara utama, menekankan bahwa pesantren memiliki akar sejarah yang lebih tua dibandingkan Nahdlatul Ulama itu sendiri.

Ia menyebutkan, pesantren telah menjadi pusat pendidikan dan perjuangan sejak era sebelum Perang Diponegoro.

Promo

“Dalam Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (AD/ART) NU, tertulis bahwa para pendiri NU adalah pengasuh-pengasuh pesantren. Salah satu pesantren yang menjadi saksi sejarah tersebut adalah Pondok Luhur Dondong, yang merupakan almamater KH Mas’ud Abdul Qadir, pengasuh Pesantren Darul Amanah,” jelasnya.

Menurut KH Ubaid, keberadaan pesantren tidak dapat dipisahkan dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Jauh sebelum kemerdekaan, pesantren telah memainkan peran besar dalam perjuangan melawan penjajah.

“Dari ulama-ulama yang menjadi bagian dari Hizbullah, tentara, penghulu, hingga pemimpin pergerakan nasional, pesantren menjadi kawah candradimuka yang melahirkan tokoh-tokoh perjuangan bangsa,” tegasnya.

Pesantren dan Perubahan Pandangan Publik
KH Ubaid juga mengungkapkan bahwa peran pesantren terus berkembang seiring waktu. Ia mengenang bagaimana lulusan pesantren dahulu sering dipandang sebelah mata dan hanya dianggap mampu menjadi modin atau imam masjid.

Promo

Namun, berkat perjuangan kader-kader NU dan lahirnya Undang-Undang Pesantren serta Hari Pesantren, pandangan tersebut kini telah berubah.

“Kini pesantren tidak hanya menjadi lingkaran pinggir, tetapi telah masuk ke lingkaran tengah pembangunan bangsa,” katanya.

KH Ubaid memuji upaya Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng, Gus Rozin, dalam mendorong pengakuan strategis terhadap pesantren.

“Dengan posisi strategis ini, pesantren harus memanfaatkannya untuk memperkuat peran utama dalam pendidikan agama, membentuk generasi yang unggul, dan melestarikan nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil alamin,” tambahnya.

Tantangan dan Harapan Masa Depan
Meski demikian, KH Ubaid mengingatkan agar generasi penerus tidak terlena dengan pencapaian saat ini.

Ia menegaskan bahwa tantangan di era modern semakin kompleks.

“Kita harus terus meningkatkan kualitas pendidikan pesantren agar tetap relevan dengan zaman, tanpa melupakan akar tradisi keilmuan yang menjadi ciri khas pesantren. Sebagaimana arahan Gus Rozin, pemerataan peran-peran strategis di lingkungan pesantren harus terus diupayakan,” ujarnya.

Ia juga menyoroti perbedaan kualitas antara generasi pendahulu dan generasi saat ini.

“Pendahulu kita jauh lebih tangguh dan berani menghadapi kesulitan. Tugas kita sekarang adalah melanjutkan perjuangan mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan kebutuhan zaman,” katanya.

Acara Naharul Ijtima ini menjadi ajang konsolidasi bagi pengasuh pesantren se-Jawa Tengah untuk memperkuat kolaborasi dalam mendukung visi besar NU menuju abad kedua.

Tidak hanya itu, kegiatan ini juga menjadi refleksi mendalam tentang peran pesantren sebagai garda terdepan dalam membentuk karakter generasi muda yang berakhlak mulia, berilmu, dan berdedikasi pada bangsa.

Pesantren, menurut KH Ubaid, tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga benteng peradaban yang menjaga nilai-nilai luhur bangsa.

Ia berharap pemerintah terus memberikan perhatian yang layak kepada pesantren, mengingat kontribusinya yang luar biasa dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan hingga perjuangan kemerdekaan.

Melalui acara ini, NU kembali menegaskan komitmennya untuk menguatkan peran pesantren sebagai poros utama pembangunan masyarakat dan bangsa.

Dengan semangat Harlah ke-102, Naharul Ijtima di Pesantren Darul Amanah menjadi pengingat bahwa pesantren adalah pilar utama yang tidak hanya mencetak ulama, tetapi juga pemimpin masa depan yang membawa keberkahan bagi umat dan negara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo