promo

Islamofobia: Menghapus Kebencian Global

Fikril Hakim, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwan dan Komunikasi, UIN Sumatera Utara

Oleh: Fikril Hakim *)

SUARAMUDA, SEMARANG — Di tengah era globalisasi yang tak terelakkan, komunikasi antarbudaya dan agama menjadi semakin mudah dan kian tak terelakkan.

Namun seiring dengan semakin terlibatnya kita dengan dunia luar, tantangan yang kita hadapi dalam menjaga hubungan yang harmonis semakin besar—terutama dalam hal memahami agama dan budaya yang berbeda.

Promo

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat Islam di dunia Barat adalah Islamofobia. Yakni, berupa ketakutan dan kebencian terhadap Islam dan juga umat Islam.

Fenomena ini tidak hanya merugikan umat Islam tetapi juga merusak kerukunan dan perdamaian antarumat beragama.

Akar Islamofobia

Islamofobia—istilah yang pertama kali muncul pada akhir abad ke-20—merujuk pada ketakutan atau kebencian yang ditujukan kepada Islam.

Fenomena ini terus berkembang dengan cepat sejalan dengan meningkatnya konflik global yang melibatkan negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim.

Promo

Di samping itu, banyaknya pemberitaan media yang lebih condong ke arah aspek negatif (kekerasan) yang terkait dengan agama Islam semakin merusak image agama ini di kalangan masyarakat global.

Ketakutan terhadap Islam sering kali muncul karena dizsebabkan kurangnya pemahaman terhadap ajaran Islam yang sering disalahpahami dan disebarkan secara tidak adil.

Penyebaran Islamofobia ini berpotensi menyebabkan diskriminasi terhadap umat Muslim mulai dari intimidasi, penindasan, hingga regulasi politik yang merugikan mereka.

Islamofobia yang disebabkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman yang akurat mengenai Islam sehatinya tidak hanya menyakiti umat Muslim. Namun juga menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan yang sepatutnya menjadi dasar dalam berhubungan antar sesama manusia.

Ketika seseorang cuma mendengar atau melihat Islam dari berita negatif di media massa, mereka kemudian condong untuk menyamaratakan seluruh ajaran Islam berdasarkan perbuatan sebagian individu yang melanggar prinsip-prinsip agama.

Promo

Ini memunculkan pandangan negatif terhadap umat Islam secara menyeluruh. Di samping itu, terdapat juga peristiwa-peristiwa penting seperti serangan teroris yang mengklaim diri sebagai Islam, yang sering kali menimbulkan rasa takut dan kebingungan di kalangan masyarakat non-Muslim.

Sedangkan, perilaku kekerasan tersebut tidak menunjukkan nilai-nilai sejati dalam ajaran Islam. Seperti yang kita sedia maklum, Islam ialah agama yang mengajar tentang perdamaian dan kasih sayang kepada semua manusia.

Kelemahan dalam pemahaman Islam dan kurangnya hubungan antara umat Muslim dengan non-Muslim juga ikut memperparah situasi ini.

Apabila seseorang tidak dapat berinteraksi langsung dengan komunitas Muslim atau mengenal Islam secara luas, mereka akan rentan terhadap prasangka.

Pentingnya Dakwah Islam dalam Mengatasi Islamofobia

Dakwah dalam Islam bertujuan menyebarkan ajaran-ajaran Islam yang benar, mengajak manusia menuju kebaikan dan kedamaian, serta memperkenalkan ajaran Islam yang sejati.

Dakwah bukan hanya menjadi tugas para ulama atau mubaligh, tetapi merupakan tanggung jawab yang harus diemban oleh setiap Muslim dalam menjadi contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Dakwah yang dilaksanakan dengan penuh penuh kebijaksanaan, kasih sayang, dan mengutamakan nilai-nilai toleransi, bisa menjadi jalan keluar untuk mengatasi Islamofobia.

Ilustrasi kitab suci umat Islam/ pinterest

Islamofobia memerlukan lebih dari sekedar menyebarkan informasi atau memperbaiki persepsi yang salah. Selain itu, dakwah juga bertujuan untuk membentuk pemahaman yang akurat serta memberikan penjelasan yang lebih mendalam mengenai prinsip-prinsip ajaran Islam yang menekankan pentingnya kedamaian, toleransi, serta kasih sayang.

Seperti yang diungkapkan dalam Al-Qur’an: “Rasulullah diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam” (Qs.Al- Anbiya: 107). Nabi Muhammad SAW merupakan teladan terbaik dalam menyebarkan ajaran dengan penuh kasih dan belas kasihan.

Beliau memberi pengajaran kepada umat Islam untuk berbuat baik terhadap semua individu, sama ada sesama Muslim maupun bukan Muslim.

Walaupun sering dihadapi penolakan, hinaan, dan kekerasan, beliau terus menyebarkan pesan-pesan Islam dengan penuh lembut, kesabaran, dan kasih sayang.

Agama Cinta Damai

Umat Muslim hendaknya mengungkapkan bahwa Islam dikenal sebagai agama yang dipenuhi oleh cinta, kedamaian, serta kasih sayang terhadap semua orang, tanpa memperdulikan asal usul, kelompok suku, atau kepercayaan agama.

Salah satu cara untuk mengubah ketakutan menjadi cinta adalah dengan menunjukkan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari.

Saat umat Islam menjalani kehidupannya dengan nilai-nilai integritas, kejujuran, dan menghargai sesama, mereka turut berperan dalam mendakwahkan ajaran Islam dengan cara yang dapat meredakan prasangka negatif terhadap agama ini.

Masyarakat non-Muslim yang melihat contoh itu akan mulai membuka diri dan memahami bahwa Islam tidak sesuai dengan kepercayaan mereka sebelumnya.

Penting bagi umat Islam untuk tidak hanya membicarakan Islam, tetapi juga memperlihatkan bagaimana ajaran Islam diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Islam menyebarkan nilai-nilai universal yang tidak hanya berguna untuk umat Muslim, tetapi juga bermanfaat bagi seluruh umat manusia.

Maka, setiap perbuatan baik—-mulai dari bersedekah hingga berbuat baik kepada orang lain—merupakan bagian dari upaya dakwah yang mampu mengubah ketakutan menjadi kasih sayang.

Media juga memegang peran yang amat penting dalam membentuk pandangan masyarakat terhadap Islam. Liputan media seringkali lebih banyak menyoroti peristiwa negatif yang melibatkan umat Muslim, tanpa memberikan gambaran yang seimbang mengenai ajaran Islam seutuhnya.

Maka, umat Islam disarankan untuk proaktif dalam mempergunakan media sosial dan platform digital guna menyebarkan pesan damai mengenai Islam.

Dengan menyalurkan tulisan, video, serta konten digital lainnya, umat Islam bisa menjelaskan Islam sebagai agama yang membawa kedamaian, keadilan, dan persaudaraan.

Konten yang memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai ajaran Islam, beserta kisah-kisah yang menginspirasi dari kehidupan umat Muslim, dapat mendukung dalam melakukan perubahan persepsi terhadap Islam.

Dengan cara ini, kita bisa meningkatkan pemahaman dan meredakan kekhawatiran yang tidak beralasan. Islamofobia adalah kompleks dan tidak bisa diatasi secara instan. (Red)

*) Fikril Hakim, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwan dan Komunikasi, UIN Sumatera Utara

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo