![Khutbah Jum’at: Sya’ban sebagai Jembatan Spiritual Menuju Ramadhan yang Penuh Ampunan](https://suaramuda.net/wp-content/uploads/2025/02/f90ff4f37b62aa088197bcf18e59e2a4.jpg)
Oleh: Nazlal Firdaus Kurniawan *)
KHUTBAH I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَهُ الْحَمْدُ كُلُّهُ وَ لَهُ الْمُلْكُ كُلُّهُ وَ بِيَدِهِ الْخَيْرُ كُلُّهُ وَ إِلَيْهِ يَرْجِعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ فِيْ ذَاتِهِ وَ أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَخْلُوْقَاتِهِ اَللّٰهُـمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ الْمُقْتَدِيْنَ بِهِ فِيْ كُلِّ حَالَاتِهِ. أما بعد: فَيَا عِبَادَاللّٰهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَالزَّادِ التَّقْوَى فَقَالَ اللّٰهُ عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَ مَنْ يُطِعِ اللّٰهَ وَ رَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT. Berkat kenikmatan yang diberikan-Nya, kita dapat bertemu di tempat dan majelis yang diberkahi ini untuk beribadah kepada-Nya sebagai tanda syukur atas segala nikmat yang telah kita terima dari-Nya.
Shalawat dan salam, kita haturkan kepada Nabi Besar Muhammad ﷺ, juga kepada para sahabatnya, pengikutnya, dan semoga kita semua kelak mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti. Aamiin Yaa Rabbal’alamin.
Hadirin jamaah shalat Jum’at Rahimakumullah
Salah satu cara menjaga takwa adalah dengan mengendalikan lisan kita, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمَ الْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau lebih baik diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lisan adalah anggota tubuh yang kecil, tetapi mampu membawa dampak yang besar. Dengan lisan, seseorang bisa mengangkat derajatnya di hadapan Allah dan manusia. Namun, lisan juga bisa menjadi sebab kehinaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Beberapa waktu yang lalu, kita dihebohkan oleh peristiwa yang melibatkan seorang pendakwah, yang dianggap merendahkan si Fulan seorang pedagang es teh melalui ucapannya di sebuah pengajian. Meski maksudnya adalah candaan, ucapannya dianggap tidak tepat dan menimbulkan polemik besar di masyarakat.
Namun, dari peristiwa ini kita melihat bagaimana Allah SWT menunjukkan kebesaran-Nya. Dari seorang pedagang kecil yang sempat dipermalukan, si Fulan justru diangkat derajatnya. Banyak orang datang memberikan bantuan, bahkan kini dirinya umrah bersama keluarganya. Hal ini mengingatkan kita akan sabda Nabi Muhammad ﷺ, jika 9 dari 10 pintu rezeki ada dalam perdagangan.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa Allah SWT mampu membalikkan keadaan dengan cara-Nya yang tak terduga.
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah
Di era media sosial saat ini, peran lisan tidak lagi terbatas pada ucapan langsung. Lisan kita sering kali “berbicara” melalui tulisan di dunia maya. Fenomena ujaran kebencian, hinaan, dan cacian yang tersebar di media sosial menunjukkan bahwa banyak dari kita lupa akan tanggung jawab menjaga perkataan.
Firman Allah dalam Surat al-Hujurat ayat 12 menjadi peringatan tegas bagi kita:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ, وَلَا تَجَسَّسُوْا وَ لَا يَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ وَاتَّقُوا اللّٰهَ إِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَحِيْمٌ
“Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Kasus si Fulan pedagang es teh, menunjukkan bahwa kritik memang diperlukan, tetapi cara menyampaikannya harus beradab. Sayangnya, banyak orang justru meniru tindakan yang dikritik dengan cara yang sama buruknya. Sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Nahl ayat 125:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik, serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik.”
Dalam Islam, adab dalam berbicara dan menyampaikan kritik adalah bagian dari akhlak mulia yang harus dijaga. Jangan sampai kita menjadi bagian dari kerusakan hanya karena tidak mampu menjaga lisan, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah
Kisah pendakwah dan si Fulan pedagang es teh memberikan hikmah bahwa setiap peristiwa adalah pelajaran. Sang pendakwah menunjukkan kerendahan hati dengan meminta maaf secara langsung, sementara si Fulan menunjukkan kebesaran hati dengan memaafkan. Di sisi lain, masyarakat juga belajar bahwa kritik harus disampaikan dengan bijak, bukan dengan kebencian.
Maka, mari kita berpegang teguh pada ajaran Nabi Muhammad ﷺ untuk berkata yang baik atau diam. Jadikan lisan kita sebagai alat untuk menyebarkan kebaikan, bukan keburukan. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga kita dari perkataan yang sia-sia dan memberikan taufik-Nya agar kita dapat berkata yang benar, bermanfaat, dan penuh hikmah.
Amin ya Rabbal Alamin.
أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لَاتُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ. بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَ لَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنَا وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اللآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ، وَنَعُوذُ بِالِلّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ اِلَّاللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَ بَعْدَهُ. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ.أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ الِلّٰهِ! اِتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
قَالَ اللّٰهُ تَعاَلَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِالِلّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسۡمِ ٱلِلّٰهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيْمِ. إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّد عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُـمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْاَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.
اَللّٰهُـمَّ اِنَّانَسْأَلُكَ سَلَامَةًفِى الدِّيْنِ، وَعَافِيَةًفِى الْجَسَدِوَزِيَادَةًفِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةًفِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةَقَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةًعِنْدَالْمَوْتِ وَمَغْفِرَةًبَعْدَالْمَوْتِ،اَللّٰهُـمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِيْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ، وَنَجَاةًمِنَ النَّارِوَالْعَفْوَعِنْدَالْحِسَابِ.
اَللّٰهُـمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَالِلّٰهِ ! إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ الِلّٰهِ اَكْبَرْ.
Oleh: Nazlal Firdaus Kurniawan
Peneliti Alfa Institute