promo

Diaspora dalam Rekrutmen Calon Aparatur Sipil Negara

Min Hajul Abidin, mahasiswa Program Doktor pada East China University of Science and Technology

Oleh: Min Hajul Abidin*)

SUARAMUDA, SEMARANG – Dalam beberapa tahun belakangan pemerintah melakukan rekrutmen CASN dari luar negeri. Pemerintah melalui kementrian dan lembaga terkait, mengajak seluruh talenta Indonesia termasuk diaspora yang berada belahan dunia untuk dapat berpartisipasi dalam seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (CASN).

Melihat jumlah dan persebarannya, diaspora memang perlu diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam seleksi CASN.

Negara-negara besar bersusah payah mengelola para talentanya di luar negeri, mereka mengirim, menyekolahkan para talentanya ke luar negeri dan diharapkan Kembali ke negaranya untuk membangun kemajuan melalui teknologi dan keilmuannya.

Promo

China, India, Korea Selatan menjadi contoh negara-negara yang sukses dalam mengelola sumberdaya manusia khususnya melalui diaspora. Lain lagi Singapura, sebagai negara tetangga dekat Indonesia, mereka bahkan berani “membajak” talenta-talenta yang tidak dirawat oleh negara asalnya.

Singapura bahkan membajak para jebolan olimpiade sains internasional untuk bekerja, tinggal dan beralih kewarganegaraan menjadi WN Singapura.

Peran Strategis Pemerintah

Seleksi CASN yang dapat di ikuti oleh WNI di luar negeri merupakan sebuah inovasi yang patut diapresiasi.

Promo

Inovasi ini dapat mewadahi segenap talenta Indonesia, khususnya untuk mewadahi para diaspora agar bisa kembali berkarya di dalam negeri, mengingat Indonesia sedang mengusung visi besar “Indonesia Emas 2045”, para diaspora dapat dilibatkan dalam proses terciptanya visi tersebut sedini mungkin.

Gagasan Indonesia emas 2045 bukan hal mudah, berbagai tantangan baru terus muncul baik dari dalam maupun luar negeri. Indonesia emas 2045 tidak akan terbentuk tanpa adanya sistem pemerintahan yang inklusif, yang mampu mewadahi segenap talenta Indonesia.

“Menyongsong Indonesia Emas 2045 tidak bisa dipasrahkan pada satu pihak, Indonesia emas 2045 membutuhkan kolaborasi dari berbegai pihak termasuk pemerintah dan diaspora”

Sistem rekrutmen CASN yang saat ini sudah menunjukan komitmen yang Jujur dan Adil (Jurdil). Dimana setiap sesi hasilnya dapat diawasi oleh publik secara langsung.

Misalnya ujian Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) yang diadakan pada Oktober 2024, setiap peserta dapat melihat hasilnya melalui siaran Youtube yang ditampilkan secara live.

Ini menunjukan pemerintah sudah berkomitmen untuk menghapus stigma bahwa karir sebagai ASN merupakan hasil dari ‘Orang Dalam’ (Ordal). Sekuat apapun Ordal, jika talenta yang di usung tidak memiliki kompetensi, jangan harap mampu lolos seleksi CASN.

Pentingnya sikap Jurdil harus di imbangi dengan sikap profesional. Sikap profesional sangat penting dalam proses rekrutmen CASN khususnya bagi diaspora. Kondisi para diaspora di luar negeri sangat kompleks. Mereka memiliki tantangan waktu, musim dan kondisi yang berbeda dari Indonesia.

Diaspora membutuhkan ‘time line’ yang akurat sebagai acuan untuk mengikuti setiap tes yang ada. Misalnya, dalam ujian lalu dalam satu negara, ada negara hanya disediakan 1 tempat (KBRI, KJRI, KDEI) untuk ujian, artinya bagi diaspora yang ingin mengikuti ujian tersebut khususnya mereka yang lokasinya jauh harus mempersiapkan sarana dan prasarana jauh-jauh hari, ini belum dengan persiapan pembelajaran materi ujian yang mereka siapkan.

Semangat diapora yang mengikuti ujian tersebut patut diapresiasi, banyak dari mereka yang harus menempuh berjam-jam perjalanan untuk dapat berpartisipasi dalam seleksi CASN. Sikap profesionalisme menjadi tantangan pemerintah dalam memberikan kesempatan untuk diaspora berkarya di pemerintahan.

Rekrutmen CASN Solusi “Brain Drain”

“Brain Drain”. Istilah ini bisa diartikan kaburnya para saintis, ilmuan dan para cendekiawan dari negara asal mereka. Dan sejarah sudah menunjukan banyak contoh fenomena brain drain. Sebut saja Albert Einstein, seorang ilmuan dan peraih nobel yang tidak bisa hidup dan berkarya dinegara kelahirannya karena ancaman Nazi.

Einstein hanya satu contoh popular yang menunjukan bagaimana brain drain sangat berpengaruh pada suatu negara. Dapat dibayangkan jika ada 100 Einstein yang kabur, apa yang sekiranya terjadi pada negara asalnya? Tentu saja rugi, mundur dan tertinggal.

Indonesia perlu mengantisipasi dan memproteksi agar fenomena brain drain semakin tidak meluas. Disediakannya seleksi CASN di luar negeri menjadi salah satu cara yang mumpuni, memberikan kesempatan diaspora untuk dapat bersaing secara jujur dan adil dengan segenap talenta Indonesia di dalam negeri.

Diaspora juga tidak bisa merasa dirinya lebih baik dari talenta dalam negeri, mereka juga harus berusaha sungguh-sungguh untuk dapat melewati setiap ujian yang diberikan. Tidak ada pihak yang di anak-emaskan, semua bersaing secara sehat melalui sistem yang diawasi secara berlapis dan terbuka.

Persaingan menjadi CASN bukan hanya soal mendapatkan pekerjaan dan gaji, mungkin hampir semua diaspora pasti menyadari bahwa jika hanya untuk mencari gaji, bekerja diluar negeri pasti lebih menjanjikan.

Menjadi ASN artinya menjadi pelayan Masyarakat, menjadi pelayan untuk negeri, diaspora harus mampu menerapkan apa yang mereka dapatkan diluar negeri untuk dapat dikolaborasikan dengan nilai yang sesuai didalam negeri.

Dengan itu Indonesia dapat melakukan akselerasi diberbagai bidang untuk menuju Indonesia maju dan mampu bersaing dengan negara lain lebih cepat.

Persaingan dan tantangan global semakin kompleks, Indonesia perlu menyatukan kekuatan Bersama termasuk talenta diaspora yang ada diluar negeri.

Rekrutmen CASN yang dapat diikuti diaspora diberbagai negara di seluruh belahan dunia tidak hanya menujukan langkah stategis yang sudah pemerintah lakukan, tapi mejadi sebuah simbol komitmen pemerintah dalam sistem yang lebih inklusif, equal dan berkeadilan.

Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada diaspora Indonesia diseluruh dunia menunjukan komitmen pemerintah dalam mengatasi brain drain sekaligus mepertahankan talenta terbaik yang Indonesia miliki.

Diaspora juga harus menjemput bola, turut andil aktif khsusnya untuk berkontribusi dipemerintahan. Tanpa partisipasi aktif dari diaspora apa yang sudah dilakukan pemerintah tidak akan maksimal.

Jikapun diaspora lolos seleksi dan terpilih menjadi ASN, diaspora memiliki tanggung jawab moral lebih, mereka harus bisa melakukan akselerasi, mampu mengkombinasikan apa yang sudah mereka dapat, agar mampu membawa dampak positif lebih cepat, ini akan mampu memperkuat posisi Indonesia di tatanan global.

Menyongsong Indonesia Emas 2045 tidak bisa dipasrahkan pada satu pihak, Indonesia emas 2045 membutuhkan kolaborasi dari berbegai pihak termasuk pemerintah dan diaspora.

Inovasi kebijakan, penyempurnaan sistem rekrutmen CASN dan partisipasi diaspora secara maksimal dapat menjadi salah satu solusi agar Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dari negara lain.

Sinergi Pemerintah-Diaspora mampu membuat Indonesia secara percaya diri menghadapi berbagai tantangan global, menjadi Indonesia yang lebih maju dan kompetitif. (Red)

*) Min Hajul Abidin, mahasiswa Program Doktor pada East China University of Science and Technology

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo