SUARAMUDA, SEMARANG — Nama pengusaha kondang asal Surabaya Hermanto Tanoko belum lama ini menarik perhatian publik. Pasalnya, bos besar Tancorp itu dinobatkan sebagai sebagai salah satu orang terkaya Indonesia versi Forbes.
Harta Hermanto, sang pemimpin Tancorp Abadi Nusantara, yakni perusahaan besar yang memiliki lebih dari 100 brand aktif di Indonesia yang dikelola oleh 36 business unit itu mencapai US$2,1 miliar (Rp33 Triliun) per Desember 2024.
Capaiannya Hermanto tentu bukan secara tiba-tiba, melainkan didukung kerja keras dan kegigihannya. Lalu, apa sebenarnya resep bernisnis Hermanto agar bisa tajir melintir seperti itu?
Riwayat Singkat Hermanto
Hermanto Tanoko lahir dari keluarga pedagang. Ketika dia lahir pada 17 September 1952, sang ayah, Soetikno Tanoto, sudah berdagang selama tiga tahun dari 1948.
Barang dagangan yang dijual adalah palawija. Sementara sang ibu juga berjualan pakaian dan barang bekas di depan rumah.
Meski berasal dari keluarga pedagang, Hermanto menyebut perjalanan hidup keluarga di masa-masa awal dia lahir sangat susah. Bahkan, cerita populer menyebut dia lahir di kandang ayam.
Hal ini bisa terjadi karena kondisi keuangan keluarga sedang terpuruk. Dalam wawancara di salah satu podcast, dia bercerita bahwa sebelumnya keluarga kecil asal Surabaya ini punya rumah, toko, dan motor imbas keberhasilan bisnis ayah.
Hanya saja, pada dekade 1950-an, keluarga Tanoko terdampak kebijakan pemerintah terkait perdagangan.
Wajar saja sih, pada dekade yang sama, Presiden Soekarno memang pernah mengeluarkan peraturan terkait pelarangan orang Tionghoa berbisnis di perdesaan.
Setiap pedagang Tionghoa, baik WNI atau WNA, dipindahkan paksa bahkan dilakukan pemulangan ke negara asalnya, China.
Nah, Soetikno, yang masih berstatus WNA dan keturunan Tionghoa, menjadi salah satu korban. Seluruh harta benda hilang.
Dia juga harus angkat kaki dari Indonesia, tapi untungnya urung terjadi karena tidak ada kapal menuju China. Lalu, keluarga Hermanto akhirnya memutuskan menjadi gelandangan, tinggal di emperan.
Dari cerita Hermanto, keluarganya akhirnya memutuskan pergi ke Gunung Kawi. Mereka tinggal di emperan wihara dengan tikar seadanya praktis selama 6 bulan.
Belajar dari Kisah Keluarga
Saat masih kecil, Hermanto mengaku kehidupan susah itu selalu diceritakan berulang-ulang oleh keluarga.
Biasanya, cerita tersebut keluar di malam hari ketika ayah dan ibu sudah selesai berdagang dan melakukan family time.
Meski mereka bertemu hanya pada malam jari, namun pertemuannya sangat intens dan dekat. Sehingga semua keluarga tahu perjuangan sang ayah untuk anak-anaknya.
Dari sini, alam bawah sadar Hermanto tentang kiat-kiat menjadi pengusaha terbentuk.
Berkat nasehat orang tua, dia belajar bahwa disiplin, berani, tekun, kreatif, cermat, sabar, dan rajin harus dipegang teguh saat berbisnis.
Oleh karenanya, ketika beranjak dewasa dan memulai bisnis, pria asal Surabaya ini mempraktikkan semuanya.
Kreatif dan Bakti pada Ortu
Sontak! Manakala saat memulai terjun ikut di bisnis apotek di dekade 1960-an, Hermanto melakukan terobosan yang tak pernah dipikirkan oleh kompetitor, yakni sistem pengantaran obat gratis.
Ide kreatif ini membuat pasien tak perlu menunggu lama, sebab Hermanto sendiri atau orang lain yang akan mengantarkan obat secara langsung.
Oleh Hermanto, perjalanan bisnisnya di Tancorp dimulainya sejak tahun 1979. Dia adalah salah satu sosok hebat dibalik Tancorp.
Berkat pemikiran inovatifnya, Tancorp berhasil melahirkan beberapa perusahaan yang bergerak di berbagai bidang industri. Seperti, Avian, No Drop, Cleo Pure Water, Tanrise, hingga Vasa Hotel.
Saat berbisnis cat Avian, misalnya, ia juga melakukan langkah berani dengan membeli mesin besar asal Korea Selatan untuk menggenjot produksi. Atas dasar inilah, nasihat dari kedua orang tua membuahkan hasil.
Tahun-tahun berikutnya jadi masa keemasan Hermanto Tanoko sebagai orang kaya dan sukses.
Pada titik ini, dia berpesan bahwa salah satu cara sukses adalah berbakti pada orang tua. Dia mengatakan keluarga juga harus menjadi nomor satu di dalam hidup. Jika berbakti pada orang tua, maka rezeki bisa mengalir deras.
Ketika ibunya wafat pada Juni 2024 silam, dia menyebut apa yang dialami saat ini merupakan hasil bimbingan dan doa ibu.
“Saya adalah diri saya hari ini, berkat bimbingan dan doa dari Mama tercinta. Jadi, kata-kata yang terus terlintas di benak: saya akan berusaha yang terbaik untuk selalu menjadi Anak yang dapat Mama & Papa banggakan,” tulis Hermanto di akun resmi Instagramnya saat mengumumkan Sang Ibu meninggal dunia, Juni 2024 silam.
Terbaru, Hermanto dikabarkan telah memberikan hadiah ulang tahun berupa 8 saham kepada cucunya.
Dilansir CNN, Hermanto dalam akun Instagram pribadinya menyebut bahwa pemberian saham itu diharapkan dapat membuat cucu, Holly, agar lebih mengerti pertumbuhan kinerja dan perkembangan perusahaan keluarga.
Demikian kisah inspirasi pengusaha tajir Hermanto Tanoko. Mungkin Kawan Muda ada yang pengen menjadi cucunya, agar dapat saham? Hehe. (Red)