suaramuda

Projo Jadi Partai Politik, Siapa Bakal Untung?

SUARAMUDA, KOTA SEMARANG — Gagasan perubahan kelompok relawan Pro Jokowi alias Projo menjadi partai politik pertama kali dihembuskan oleh Bendahara Umum Projo, Panel Barus (Tempo.co, 31/10/2024).

Gagasan itu kemudian diikuti oleh pernyataan Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi. Budi menyebut bahwa rencana ini akan dibahas di kongres ketiga Projo, yang semula dijadwalkan September 2024, namun kini diwacanakan kembali Desember 2024 besok.

Panel Barus menyatakan bahwa keputusan ini akan didasarkan pada aspirasi dari kalangan akar rumput Projo.

“Jokowi bisa jadi akan menjabat sebagai Ketua Umum Projo yang baru. Atau paling tidak, ia akan menjadi dewan penasehatnya. Jokowi tetap untung besar!”

suaramuda

Para relawan nantinya memutuskan apakah Projo akan menjadi partai politik atau tetap menjadi organisasi masyarakat (ormas). Lewat kongres itu juga, Projo akan berencana meminta saran Jokowi sebagai Ketua Dewan Pembina serta masukan dari Presiden ke-8 Prabowo Subianto.

Dikatakan, Projo telah berkomitmen untuk mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran dalam menggantikan pemerintahan Jokowi-Ma’ruf.

Lantas, siapa sosok yang paling diuntungkan manakala Projo merubah wajahnya menjadi partai politik?

Bargaining Jokowi Naik

Mantan Presiden Jokowi adalah sosok yang digadang-gadang bakal mendapatkan banyak keuntungan. Lebih dari materi, setidaknya bargainingnya akan terus meningkat.

Sebagai sosok yang sudah pasti menerima dukungan kelompok relawan itu, Jokowi dipastikan telah berhitung matang terkait plus-minus jika Projo benar-benar mewujudkan niatnya untuk menjadi partai politik.

Perlu diingat, jika sosok dan figur ketokohan yang dijual dari Projo selama ini adalah sosok Jokowi. Dengan demikian, Jokowi akan diuntungkan jika Projo berubah menjadi parpol.

Belajar dari NasDem

Wacana peralihan bentuk organisasi Projo ini sebenarnya mirip apa yang telah dialami Partai NasDem di awal-awal pendirianpendirian sebagai partai politik. NasDem, awalnya adalah sebuah ormas dan belum mau disebut sebagi parpol. Tak berselang lama, NasDem kemudian merubah wajah ormas menjadi parpol.

Dikutip dari laman NasDem, kelahiran Partai NasDem tidak bisa dipisahkan lepas dari visi dan misi utama organisasi kemasyarakatan (ormas) Nasional Demokrat, yaitu menggalang Gerakan Perubahan Restorasi Indonesia.

Untuk mempertegas hal itu, Partai NasDem kemudian dideklarasikan pada 26 Juli 2011, sekaligus didaftarkan pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada 27 Juli 2011. Oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Partai NasDem ditetapkan sebagai badan hukum pada 11 November 2011.

Kongres I Partai NasDem yang digelar pada 25-26 Januari 2013 di Jakarta menjadi tonggak sejarah perjalanan parpol NasDem. Berbagai keputusan penting dikeluarkan dan salah satunya ialah memilih dan menetapkan Surya Paloh sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai NasDem periode 2013-2018.

Ibarat sebuah perahu, layar telah terkembang, lengkap dengan nahkoda dan awak kapal. Partai NasDem pun diakui sebagai satu-satunya partai baru yang lolos sebagai peserta Pemilu 2014. Sehingga, Partai NasDem berhak mengikuti pemilu untuk pertama kalinya pada 2014.

Belajar dari kasus perjalanan panjang NasDem menjadi parpol, penulis melihat ormas Projo pun nampak akan melakukan hal yang sama. Jika Kongres 3 benar-benar akan diwujudkan pada Desember 2024 mendatang besar kemungkinan Projo akan berubah bentuk menjadi partai baru di Tanah Air.

Layaknya Surya Paloh yang kemudian diangkat sebagai ketua umum Partai NasDem, Jokowi pun bisa jadi menjabat sebagai Ketua Umum Projo yang baru. Atau paling tidak, ia akan menjadi dewan penasehatnya. Jokowi tetap untung besar! (Red)

Oleh Didik T. Atmaja, peneliti Sino-Nusantara Institute

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo