![Paradoks Pendidikan yang Membebaskan](https://suaramuda.net/wp-content/uploads/2025/01/IMG_20250129_074124.jpg)
Oleh: Al Muhaemin*)
SUARAMUDA, KOTA SEMARANG – Kesehatan mental adalah bagian penting dari kesejahteraan masyarakat, tetapi isu ini kerap dianggap tabu atau bahkan diremehkan di Indonesia.
Padahal berdasarkan survei kesehatan mental terbaru, sekitar 6,1% penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan mental, termasuk kecemasan, depresi, hingga skizofrenia.
Kondisi ini lebih mencolok pada kelompok remaja, di mana satu dari tiga remaja Indonesia menghadapi masalah mental. Meski data menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental sangat nyata, kesadaran masyarakat masih rendah, dan stigma negatif seolah menambah penderitaan yang dialami.
Di masyarakat kita, masalah mental sering kali dipandang sebagai bentuk kelemahan atau kepribadian buruk. Seseorang dengan gangguan mental dianggap lemah atau “tidak kuat iman.”
Persepsi ini bukan hanya keliru, tetapi juga berbahaya. Ketika individu yang mengalami depresi atau kecemasan ragu mencari bantuan, mereka cenderung semakin terisolasi, yang bisa memperburuk kondisi mereka.
Tidak hanya itu, penelitian menunjukkan bahwa akses ke layanan kesehatan mental pun sangat terbatas. Di kalangan remaja, hanya 2,6% yang mencari bantuan profesional, padahal sekitar 15,5 juta remaja di Indonesia menghadapi masalah mental.
“Saatnya kita bangkit dan menganggap kesehatan mental sebagai prioritas nasional demi menciptakan masa depan yang lebih baik dan sehat”
Rendahnya angka ini menunjukkan bahwa stigma dan akses menjadi dua penghalang utama dalam menangani krisis kesehatan mental ini.
Pemerintah telah mencoba memperluas layanan kesehatan mental, tetapi jumlah profesional kesehatan mental, seperti psikolog dan psikiater, masih jauh dari mencukupi. Selain itu, fasilitas kesehatan mental kebanyakan terpusat di kota besar, membuat akses di daerah terpencil sangat terbatas.
Ini menunjukkan perlunya peran lebih besar dari pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama mengatasi tantangan ini. Maka, ini memerlukan kerja sama semua pihak.
Kita perlu mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya kesehatan mental, terutama di kalangan remaja. Sekolah, komunitas, dan media sosial bisa menjadi sarana untuk memperkenalkan bahwa gangguan mental adalah masalah yang bisa diatasi dengan penanganan yang tepat.
Selain itu, peran keluarga sangat penting dalam memberikan dukungan awal serta mengajarkan bahwa mencari bantuan bukanlah tanda kelemahan, tetapi langkah bijak.
Diperlukan pula kebijakan yang memperhatikan kebutuhan kesehatan mental remaja secara serius. Dengan populasi muda yang besar, Indonesia akan diuntungkan dari generasi yang sehat mentalnya.
Pemerintah harus meningkatkan jumlah profesional kesehatan mental, memperluas fasilitas di daerah, dan menghapus stigma melalui kampanye nasional yang efektif.
Kesehatan mental bukan sekadar masalah per individu, melainkan menjadi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi bersama agar Indonesia bisa berkembang dengan baik.
Jika masalah ini terus dikesampingkan, maka kita hanya akan membiarkan krisis ini menjadi “krisis sunyi” yang menghambat potensi generasi muda.
Saatnya kita bangkit dan menganggap kesehatan mental sebagai prioritas nasional demi menciptakan masa depan yang lebih baik dan sehat. (Red)
*) Al Muhaemin, Presiden Mahasiswa Politeknik Medica Farma Husada Mataram 2023