
SUARAMUDA, KOTA SEMARANG – Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jateng telah usai. Berdasarkan hasil perhitungan cepat, sejumlah lembaga survei menunjukkan Luthfi-Yasin mengoleksi hingga lebih dari 55% suara.
Sedangkan kompetitor yang diusung PDIP, yakni Andika Perkasa-Hendrar Prihadi (Andika-Hendi) meraup kisaran 40-45% suara.
Netizen kemudian mencap “Kandang Banteng” telah roboh, jebol, atau kebobolan. Ada pula yang menyebut, ‘Jawa Tengah ganti kelir’, dan lain sebagainya. Ya, begitulah politik. Seru!
Lantas, apa maksud istilah ‘Kandang Banteng’?
Dilansir BBC (11/11/2024), peneliti senior dari BRIN, Prof Lili Romli, mengatakan istilah ‘kandang banteng’ sebenarnya merujuk pada pusat kekuatan pendukung PDIP, seperti di Jawa Tengah, Bali, Sumatra Utara, dan beberapa wilayah lainnya.
Romli mengatakan, dominasi PDIP di kandang banteng itu secara historis tak lepas dari kedekatan personal Sukarno dengan masyarakat di sana.
Contoh, kedekatan antara Sukarno dan Bali salah satunya dipengaruhi oleh Ida Ayu Nyoman Rai, ibu Sukarno yang merupakan bangsawan dari Pulau Dewata.
Sementara di Sumut, tepatnya Berastagi dan Parapat, pernah menjadi tempat pengasingan Bung Karno pada awal kemerdekaan.
Jangan lupa, bahwa faktor penting lain adalah peran Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan Sukarno pada 1927.
PNI Alat Perjuangan Kemerdekaan
“PDIP dianggap sebagai kelanjutan dari PNI. Wilayah-wilayah yang dulu menjadi basis kekuatan PNI kini disebut dengan istilah kandang banteng bagi PDIP, “kata Romli.
PNI, partai politik pertama yang beranggotakan etnis Indonesia ini, menjadi alat bagi Sukarno dan kawan-kawannya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
M.C. Ricklefs dalam bukunya berjudul “Sejarah Indonesia Modern 1200-2008”, menyebut PNI yang berideologi nasionalisme ‘sekuler‘ memiliki daya tarik yang sangat besar bagi masyarakat ‘Islam Abangan’ terutama di daerah pedesaan Jawa, seperti Jawa Tengah.
Itu karena PNI dianggap sebagai partai Sukarno, sekaligus pengimbang atas kekuatan politik Islam saat itu.
“Demikian pula, PNI mendapat banyak dukungan di daerah-daerah Kristen di luar Jawa dan di Bali yang menganut agama Hindu, yang juga terdapat sentimen-sentimen anti-Islam,” tulis Ricklefs.
Sejarah Kemenangan ‘Partai Banteng’
PNI memenangkan Pemilu 1955 dengan perolehan 8,4 juta suara (22,3%), di atas Masyumi, NU, PKI, dan partai lainnya.
Saat itu, Masyumi adalah partai terkuat di luar Jawa, sementara di Bali dan daerah-daerah Kristen dikuasai PNI.
Sedangkan, di Jawa Tengah dan Jawa Timur, posisi PNI unggul 32%, dibanding NU 30% dan PKI 27%, sedangkan Masyumi hanya 12%.
Meski begitu, PNI disebut mengalami masa senja di bawah rezim Orde Baru.
Pada Pemilu 1971, misalnya, PNI hanya memperoleh 6,9% suara nasional, dengan hasil terbaiknya sebesar 19,5% di Jawa Tengah. Sementara Golkar mendominasi dengan 62,8% suara.
Pada 1973 dalam rangka membatasi jumlah parpol, Presiden Soeharto melebur PNI dengan partai-partai non-Islam (seperti Murba, Partai Katolik, Partai Kristen Indonesia, dan IPKI) menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Sejak itu, PDI hanya menjadi pelengkap dalam dominasi politik ‘otoriter’ Soeharto.
Maka, pascakejatuhan Soeharto dan konflik internal yang berkepanjangan menggelayut di tubuh PDI, Megawati Sukarnoputri lalu mengubah nama PDI menjadi PDI Perjuangan (PDIP).
Ciri khas PDIP adalah lambang banteng bermata merah dan bermoncong putih.
PDIP yang lekat dengan corak nasionalis Sukarno menjadi peserta pemilu 1999 dan keluar sebagai juaranya. PDIP memperoleh 35,6 juta suara, atau 33,74% dari 48 partai yang berpartisipasi.
Namun dalam dua pemilu berikutnya, PDIP kalah dari Golkar dan Demokrat. Baru, setelah melewati dua kali pemilu PDIP mencetak ‘hattrick’ kemenangan.
Kemenangan itu terjadi misalnya pada pemilu legislatif 2014, 2019 dan 2024. Khusus pada Pemilu 2024, berdasarkan hasil rekapitulasi nasional Pileg 2024, PDIP meraih suara sebanyak 25.387.279 (16,72%). (detik.com)
Sementara hasil penetapan KPU Provinsi Jawa Tengah menunjukkan perolehan suara PDI-P untuk DPRD juga meraih suara terbanyak.
PDIP mampu mengantungi 5.270.261 suara dari total suara sah 19.823.032. PDIP juga unggul di 12 daerah pemilihan dari 13 dapil untuk DPRD Provinsi.
Partai berlogo banteng moncong putih itu hanya kalah di satu wilayah yakni dapil XIII yang dimenangi PKB. (Kompas).
Khusus dalam kontestasi Pilgub Jateng 2024 ini, calon yang diusung PDIP Andika-Hendi memang harus ‘tunduk’ melawan gempuran koalisi belasan partai, yang disupport secara terbuka oleh mantan Presiden Jokowi dan juga Presiden Prabowo. (Red)