
Oleh: Ferdyana Afrizal Fariz *)
SUARAMUDA, KOTA SEMARANG — Dalam era revolusi industri 4.0 pada masa kini, teknologi kecerdasan buatan (AI) telah menjadi salah satu faktor perubahan di berbagai sektor bisnis. Dengan perkembangannya yang begitu pesat dalam beberapa tahun terakhir, AI tidak hanya membantu perusahaan untuk meningkatkan efisiensi, tetapi juga menghadirkan solusi inovatif untuk berbagai tantangan yang dihadapi perusahaan.
Dalam manajemen produksi dan operasi, AI memungkinkan otomatisasi tugas-tugas kompleks yang dulunya memerlukan sumber daya manusia yang besar untuk menyelesaikannya. AI telah merevolusi bagaimana perusahaan besar mengelola lini produksi, rantai pasokan, serta pemeliharaan mesin dan alat berat.
AI telah mampu menghadirkan solusi untuk beberapa tantangan terbesar dalam manajemen produksi, seperti keterbatasan tenaga kerja terampil, kesalahan manusia, dan inefisiensi operasional. Kini, perusahaan-perusahaan besar telah melibatkan AI untuk menyelesaikan masalah dan tantangan yang muncul dengan efisien.
General Motors, misalnya, pada 2019 telah menggunakan AI untuk mensimulasikan prototype desain kursi bagi kendaraan listrik terbaru mereka. Dengan penggunaan AI ini, General Motors dapat memotong waktu dan ongkos serta meningkatkan performa dalam pengembangan produknya.
Contoh lainnya yakni penggunaan AI dan machine learning untuk menganalisis kapasitas kerja tubuh manusia. Selain itu menghitung beban seberapa besar yang dapat ditanggung yang digunakan untuk mengurangi tingkat cedera pada pekerja dan memperbaiki safety procedure pada perusahaan.
Salah satu contohnya adalah Kenco Logistics, yakni perusahaan layanan distribusi dan transportasi asal Amerika Serikat menggunakan teknologi ini yang memiliki hasil positif dari implementasinya. Dimana, tingkat cedera pekerja yang menurun dan meningkatnya performa pekerja.
Untuk di sektor supply chain terdapat perusahaan raksasa Amazon yang menggunakan AI untuk mengatasi berbagai masalah dan tantangan pada supply chain seperti optimasi rute pengiriman, demand forecasting, manajemen inventori, efisiensi pengemasan, hingga produk rusak atau salah kirim.
Ada beberapa hasil, pertama, kecepatan pengiriman Amazon meningkat sebesar 75%. Kedua, mengurangi 15% usaha dan cedera karyawan serta mengurangi 25% waktu prosesi. Ketiga, mengurangi 2 juta material pengemasan, mengurangi 20% tingkat produk yang dikembalikan. Suatu peningkatan besar untuk performa perusahaan secara keseluruhan.
Di sektor pemeliharaan mesin, AI juga telah memainkan peran penting melalui penerapan predictive maintenance. Salah satu perusahaan yang berhasil merealisasikan teknologi ini adalah Siemens.
Siemens membuat software yang dipasarkan secara komersil yakni Senseye yang menggunakan gabungan artificial intelligent dan machine learning untuk memprediksi kegagalan mesin sebelum terjadi, dengan menganalisis data operasional secara real-time dari berbagai sensor yang dipasang pada peralatan industri.
Teknologi ini memungkinkan perusahaan untuk melakukan perbaikan tepat waktu, mengurangi downtime, dan meminimalisir biaya perbaikan yang tak terduga. Dengan penerapan predictive maintenance, Siemens telah berhasil meningkatkan efisiensi operasional pabrik dan memperpanjang umur mesin serta peralatan para klien mereka.
Secara keseluruhan, penerapan AI dalam berbagai sektor bisnis, mulai dari manajemen produksi hingga rantai pasokan dan pemeliharaan mesin, telah membawa perubahan signifikan dalam operasional perusahaan.
Perusahaan yang berhasil mengadopsinya akan mampu meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan merespons perubahan pasar dengan lebih cepat sesuatu yang akan menjadi keunggulan besar dibanding kompetitor.
Revolusi industri 4.0, dengan AI sebagai penggeraknya, perusahaan dapat untuk terus berinovasi dan beradaptasi demi menghadapi tantangan masa depan. (Red)
*) Ferdyana Afrizal Fariz, Mahasisawa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB University