KH Ahmad Asnawi: 7 Langkah Kunci Mendidik Anak Agar Menjadi Sholeh Sholehah

SUARAMUDA, BATANG– Haul KH Ahmad Munawwir ke-35, peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw serta Khotmil Qur’an ke 22 yang digelar di Pondok Pesantren Al Munawwir, Gringsing, Batang, pada Ahad (6/10/2024) menjadi momen penting untuk kembali merenungi nilai-nilai kehidupan, khususnya tentang kemuliaan manusia dan cara mendidik generasi sholeh.

Dalam acara ini, KH Ahmad Asnawi, pengasuh Pondok Pesantren Darun Na’im Kudus, menyampaikan tausiyah penuh hikmah yang menekankan bahwa manusia, sebagai makhluk ciptaan Allah, memiliki kemuliaan yang agung di hadapan-Nya.

Mengawali tausiyahnya, KH Ahmad Asnawi menyitir ayat Al-Qur’an dari Surah Al-Isra’ ayat 70:

“وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا”

Artinya: “Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”

KH Ahmad Asnawi menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah Swt, tidak hanya karena bentuk fisik mereka yang sempurna, tetapi juga karena potensi ilmu yang diberikan kepada mereka.

Ilmu tersebut dapat mengangkat derajat dan nilai seseorang, sebagaimana batu yang awalnya tidak bernilai, namun ketika disentuh tangan ahli, ia berubah menjadi karya seni yang bernilai tinggi.

“Diakui atau tidak, terasa atau tidak, ketika ada ilmu di situ maka ada nilai yang tinggi. Sebuah batu yang pada awalnya tidak berharga, ketika diukir oleh tangan orang berilmu, nilainya akan meningkat. Demikian pula manusia, hakikatnya mereka mahal, semahal-mahalnya, karena Allah telah memberikan kemuliaan kepada mereka,” ujar KH Ahmad Asnawi di hadapan para hadirin.

Lebih lanjut, beliau menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak yang sholeh. Menurutnya, ada tujuh syarat yang harus dipenuhi oleh orang tua untuk memastikan anaknya tumbuh menjadi pribadi yang beriman, berakhlak mulia, dan sholeh.

Tujuh Syarat Agar Anak Menjadi Sholeh:
1. Bibit yang baik, yaitu ayah yang berakhlak dan beriman. Ayah merupakan cikal bakal, bibit pertama dalam pendidikan anak. Ayah yang baik akan menjadi teladan utama bagi anak-anaknya.

2. Lahan yang baik, yakni ibu. Peran ibu dalam mendidik anak tidak bisa dipisahkan dari peran ayah. Sebagaimana tanaman membutuhkan lahan subur untuk tumbuh, demikian pula anak membutuhkan ibu yang baik untuk mendukung pertumbuhannya secara moral dan spiritual.

3. Lembaga pendidikan yang baik. KH Ahmad Asnawi menegaskan pentingnya lembaga pendidikan yang memiliki guru-guru berilmu dan memiliki sanad yang tersambung hingga Rasulullah Saw. Pendidikan formal yang baik akan membantu menanamkan nilai-nilai agama yang kokoh dalam diri anak.

4. Lingkungan yang baik. Lingkungan sekitar sangat berpengaruh dalam pembentukan watak dan karakter seseorang. Anak yang tumbuh di lingkungan yang baik akan memiliki kecenderungan untuk mengikuti kebiasaan positif yang ada di sekelilingnya.

5. Teladan dari orang tua. Orang tua harus menjadi contoh nyata bagi anak-anaknya. Sebagaimana Nabi Muhammad Saw menjadi suri teladan bagi umatnya, orang tua harus mampu menunjukkan perilaku yang dapat ditiru oleh anak-anak mereka.

6. Doa kedua orang tua. Pembina Majelis Taklim Al Ibaad ini menegaskan pentingnya peran doa dalam kehidupan anak. Doa orang tua, khususnya ibu, sangatlah berharga dan memiliki kekuatan luar biasa untuk memberikan keberkahan dan perlindungan bagi anak-anak mereka.

“Doa orang tua untuk anak itu sebanding dengan doa Nabi untuk umatnya, terlebih lagi jika doa itu datang dari seorang ibu,” jelasnya.

7. Menjaga rezeki yang halal. Syarat terakhir, dan yang paling menentukan, adalah rezeki yang halal.

Ulama kelahiran 22 Oktober 1965 ini lantas mengambil contoh dari kisah ayah Imam Syafi’i, Idris, yang rela bekerja tanpa upah demi menjaga kehalalan sepotong kecil buah delima.

Beliau menekankan bahwa ayah adalah penanggung jawab dalam mencari nafkah, sementara ibu berperan mengelola rezeki tersebut. Rezeki yang halal akan membawa berkah bagi seluruh keluarga dan menjadi kunci sukses dalam mendidik anak yang sholeh.

Di akhir tausiyahnya, KH Ahmad Asnawi memberikan penekanan tentang esensi dan makna haul, yang seringkali disalahpahami hanya sebagai peringatan semata.

“Makna tertinggi dari haul adalah mengikuti jejak orang yang dihauli, mengambil hikmah dari kehidupan dan perjuangannya. Demikian pula, makna tertinggi dari Maulid Nabi adalah mengikuti jejak-jejak Rasulullah Muhammad Saw, bukan sekadar merayakan kelahiran beliau,” tuturnya.

Dirinya mengajak para jamaah yang hadir untuk tidak hanya mengenang perjuangan para ulama yang telah wafat, tetapi juga berusaha meneladani akhlak dan amalan-amalan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

KH Ahmad Asnawi menutup tausiyah dengan harapan agar para orang tua dapat mendidik anak-anak mereka dengan penuh cinta, doa, dan komitmen untuk menanamkan nilai-nilai agama yang kokoh dalam diri generasi penerus.

Tausiyah KH Ahmad Asnawi yang penuh makna tersebut memberikan pencerahan kepada para jamaah, bahwa keberhasilan mendidik anak menjadi sholeh tidak hanya tergantung pada satu faktor, tetapi merupakan perpaduan dari peran orang tua, lingkungan, dan rezeki yang halal.

Untuk diketahui, pesantren asuhan KH Sholichin Syihab ini dalam acara Khotmil Qur’an ini telah mewisuda 63 santri Juz amma, 30 santri Binnadzor 30 juz, dan 2 santri Bilhifdzi 30 juz.

Acara Haul KH Ahmad Munawwir ke-35 ini dihadiri oleh Ketua Tanfidziyah PCNU Batang, Kapolres Batang, ribuan santri, alumni, dan masyarakat sekitar. (Red) 

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like