![Mengenal Sosok Donna Priadi, Orang Indonesia yang Diangkat Jadi Managing Director Kamar Dagang AS](https://suaramuda.net/wp-content/uploads/2025/02/IMG_20250208_084735.jpg)
SUARAMUDA – KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) lahir pada 15 Maret 1970 di Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Ia merupakan putra dari KH. Nursalim al-Hafizh, yakni seorang ulama pakar Al-Quran dan pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA di Narukan, Kragan, Rembang.
Kiai Nur Salim sendiri adalah murid dari Kiai Arwani Kudus dan Kiai Abdullah Salam, Kajen, Pati. Nasabnya bersambung kepada para ulama besar. Bersama Kiai Nur Salim inilah, Gus Miek (KH Hamim Jazuli) memulai gerakan Jantiko (Jamaah Anti Koler) yang menyelenggarakan semaan Al-Qur’an secara keliling.
Lalu, Jantiko kemudian berganti nama “Mantab” (Majelis Nawaitu Topo Broto), lalu berubah jadi Dzikrul Ghafilin. Kadang ketiganya disebut bersamaan: Jantiko-Mantab dan Dzikrul Ghafilin.
Pendidikan Gus Baha
Gus Baha’ kecil memulai menempuh gemblengan keilmuan dan hafalan Al-Qur’an di bawah asuhan ayahnya sendiri, KH Nursalim Al-Hafidz. Hingga pada usia yang masih sangat belia,Gus Baha telah mengkhatamkan Al-Qur’an beserta Qiro’ahnya dengan lisensi yang ketat dari sang ayah.
Gus Baha menempuh pendidikan formal di SD Negeri Sarang 1, SMP Negeri 1 Sarang, dan SMA Negeri 1 Sarang. Selain itu, ia juga mondok di Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang yang diasuh oleh KH. Maimun Zubair. Di pesantren inilah, ia belajar ilmu-ilmu agama, khususnya ilmu tafsir dan Al-Quran.
Di Pesantren Al Anwar inilah, Gus Baha terlihat sangat menonjol dalam ilmu-ilmu syari’at seperti fiqih, hadits dan tafsir. Hal itu terbukti dari beberapa amanat prestisius keilmiahan yang diemban oleh Gus Baha selama mondok di Al Anwar, seperti Rois Fathul Mu’in dan Ketua Ma’arif di jajaran kepengurusan Pesantren Al Anwar.
Saat mondok di Al Anwar ini pula, ia mengkhatamkan hafalan “Shohih Muslim” lengkap dengan matan, rowi dan sanadnya. Tak hanya itu, Gus Baha juga mengkhatamkan hafalan kitab “Fathul Mu’in” dan kitab-kitab gramatika Arab seperti ‘Imrithi dan Alfiah Ibnu Malik.
Gus Baha adalah santri pertama Al Anwar yang memegang rekor hafalan terbanyak. Dari kecerdasan yang dimilikinya, teman-teman santrinya enggan mengajak untuk sekedar bermusyawarah. Sebab, ia dianggap tidak sesuai dengan level santri; karena kedalaman ilmu, keluasan wawasan dan banyaknya hafalan yang dimiliki.
Selain sosok yang brilian, Gus Baha juga dikenal memiliki kedekatan dengan sang kiai. Dalam berbagai kesempatan, misalnya, Gus Baha seringkali diminta mendampingi sang guru; Syaikhina Maimoen Zubair untuk berbagai keperluan.
Hal-hal yang dilakukan, mulai dari sekedar berbincang santai, hingga urusan mencari ta’bir dan menerima tamu-tamu ulama’-ulama’ besar yang berkunjung ke Pesantren Al Anwar. Atas fenomena ini, Gus Baha bahkan dijuluki sebagai ‘santri kesayangan’ Syaikhina Maimoen Zubair.
Dirunut dari rekam jejak pendidikan, Gus Baha tercatat hanya ‘nyantri’ di dua pesantren. Pertama, ia nyantri di pesantren milik sang ayah di Desa Narukan. Dan kedua, nyantri di Pesantren Al Anwar Karangmangu, Rembang.
Potret Keluarga
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Sarang, Gus Baha menikah dengan Ning Winda, seorang anak kiai dari Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan pada tahun 2003. Ia kemudian memilih menetap di Yogyakarta bersama istri dan tiga anaknya yang bernama Tasbiha Mahmida Hassan, Tasbiha Mila, dan Tasbiha.
Sejatinya, Gus Baha tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain. Oleh karena itu, ia menjadi pengasuh di beberapa pondok pesantren seperti Pondok Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA Narukan Rembang yang didirikan oleh ayahnya, Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang yang didirikan oleh gurunya, Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta yang didirikan oleh kakeknya, dan Pondok Pesantren Al-Bahjah Prambanan Yogyakarta yang didirikan oleh saudaranya.
Dikutip dari sumber referensi lainnya, Gus Baha juha didapuk untum menjadi pengasuh pada pengajiantafsir Al-Qur’an di Bojonegoro, Jawa Timur. Hal ini beliau jalani secara rutin sejak 2006 hingga kini. Sedangkan di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, ia dipercaya sebagai Ketua Tim Lajnah Mushaf UII.
Tak hanya itu, di tengah kesibukannya sebagai pengasuh di banyak pesantren, Gus Baha juga sering diundang untuk memberikan pengajian dan ceramah di berbagai tempat seperti masjid, mushola, sekolah, kampus, organisasi kemasyarakatan, lembaga pemerintahan, dan media sosial. Pribadinya dikenal sebagai ulama yang cerdas, luwes, humoris, dan santun dalam menyampaikan dakwahnya.
Jasa dan Karya Gus Baha
Gus Baha telah memberikan banyak jasa dan karya bagi umat Islam, khususnya di Indonesia. Beberapa jasa dan karya beliau antara lain:
– Menjadi salah satu ulama ahli tafsir dan pakar Al-Quran yang memiliki pengetahuan mendalam seputar ayat-ayat suci.
– Menjadi salah satu ulama yang aktif dalam gerakan Jantiko-Mantab-Dzikrul Ghafilin yang menyelenggarakan kajian Al-Quran secara keliling.
– Menjadi salah satu ulama yang mendukung gerakan santri goes to Papua yang bertujuan untuk menyebarkan Islam di tanah Papua.
– Menulis beberapa buku tentang tafsir Al-Quran seperti Tafsir Surat al-Fatihah: Rahasia-rahasia Pembukaan Kitab Suci Allah SWT., Tafsir Surat al-Baqarah: Rahasia-rahasia Sapi Betina dalam Kitab Suci Allah SWT., Tafsir Surat al-Kahfi: Rahasia-rahasia Penghuni Gua dalam Kitab Suci Allah SWT., dan lain-lain.
– Membuat beberapa video tentang tafsir Al-Quran yang diunggah di kanal YouTube resminya bernama Gus Baha Official.
Demikian sedikit tulisan tentang Gus Baha, yang dalam penyusunannya dikutip dari banyak referensi. Akan lebih lengkap apabila pembaca berkenan memberikan tambahan referensi dan kesaksian terkait kegiatan yang dilakukan Gus Baha. Semoga bermanfaat! (Red)