promo

Mitos Belaka, Begini Makna Sebenarnya ‘Rebo Wekasan’!

SUARAMUDA – Dikutip dari berbagai sumber, Rebo Wekasan adalah sebuah tradisi perayaan yang jatuh pada Rabu terakhir bulan Safar. Tradisi ini umumnya masih dilakukan oleh masyarakat di beberapa wilayah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten.

Selama perayaan, masyarakat melakukan berbagai ritual dan menghindari larangan melakukan sesuatu tepat di hari Rabu (baca: Rebo Wekasan) dengan tujuan untuk menolak bala atau musibah yang dianggap dapat terjadi pada hari tersebut

Dirangkum dari berbagai sumber berikut sederet mitos Rebo Wekasan yang perlu dihindari:

Promo

1. Larangan menikah pada saat Rebo Wekasan.
Pada Rebo Wekasan terdapat larangan untuk menikah. Sebagian masyarakat percaya bahwa menikah pada saat Rebo Wekasan akan mendatangkan musibah dan kesialan seperti terjadinya konflik dalam rumah tangga, sulit mendapatkan rejeki, hingga terkena penyakit.

2. Larangan keluar rumah saat Rebo Wekasan.
Pada Rebo Wekasan terdapat larangan untuk keluar rumah. Sebagian masyarakat percaya bahwa melakukan perjalanan atau berpergian saat Rebo Wekasan akan mendatangkan musibah berupa kecelakaan dan lain sebagainya.

3. Tradisi Zaman Jahiliyah
Rebo Wekasan merupakan tradisi yang diyakini telah ada sejak zaman Jahiliyah dimana pada saat itu Rebo Wekasan disebut sebagai Arba Mustakmir.

Tradisi Arba Mustakmir adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar yang dipercaya sebagai hari di mana diturunkannya balak, penyakit, dan malapetaka.

Namun, semenjak kedatangan Nabi Muhammad SAW mitos dan tahayul tentang balak, penyakit, dan malapetaka mulai memudar seiring dengan masuknya agama Islam.

Promo

Bulan Safar yang kerap dianggap sebagai bulan pembawa sial ternyata cuma “mitos”. Dan, sesungguhnya anggapan Safar sebagai bulan pembawa sial hanyalah mitos belaka.

Berkaitan dengan Rebo Wekasan, Rasulullah SAW sebagaimana dijelaskan dalam mengungkapkan:

“Tidak ada wabah [yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah], tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu, dan tidak ada kesialan pada bulan Safar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa.” (HR Imam Al-Bukhari dan Muslim)

Alih-alih menganggapnya sebagai hari pembawa sial, umat Islam justru diajak menganggap Rabu terakhir di bulan Safar ini sebagai hari pembawa berkah. Wallahu ‘alam. (Red)

Promo

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo