
SUARAMUDA – Mungkin tak banyak dari kalangan sobatmuda Kota Semarang yang mengenal tarian khas kearifan lokal Kota Semarang.
Adalah tari Manggar Warak, yakni gerak tari yang merepresentasikan rasa syukur atas karunia dan rahmat Tuhan yang melimpah.
Dikutip dari berbagai sumber, sajian tari Manggar Warak biasanya digelar untuk melengkapi tradisi menyambut bulan Ramadan: “tradisi Dugderan”.
Dalam tradisi ini biasanya identik dengan hewan mitologi “warak” dan bunga manggar sekaligus dijadikan sebagai inspirasi dalam menyuguhkan pentas tari Manggar Warak di Semarang.
Oleh karenanya, saat menyambut bulan suci Ramdhan ada prosesi tradisi yaitu mengarak patung warak dan bunga manggar, biasanya dari Balikota Semarang menuju Masjid Kauman Semarang
Simbol Manggar dan Warak merupakan akulturasi dari budaya yang telah memusat di kota Semarang. Mulai dari budaya Jawa, Cina, Melayau, Eropa, dan Arab.
Ada empat adegan yang disajikan dalam Tari Manggar Warak. Mengimpretasikan suasana prosesi dugderan, dari sejarah sampai promosi pariwisata.
Sebagai pembuka penyajian Tari Manggar Warak, para penari membawa wayang gunungan. Masuk adegan pertama menceritakan suasana Kota Semarang nuansa Pecinan.
Di gambarkan dengan adegan penari wanita berpedang khas Cina serta kuatnya alunan gamelan slendro, suling, dan kecapi.
Pada gerak adegan tari kedua, menggambarkan Kota Semarang saat waktu fajar. Di iringi dengan gending ketawang. Menggambarkan suasana masyarakat beribadah sesuai agamanya. Ada Islam, Katholik, Budha – Kepercayaan, Khonghucu dll. Bentuk Lancaran dengan syair Bahasa Indonesia.
Pada adegan ketiga, menggambarkan tari suasana ceria perniagaan di Pasar Yaik Semarang. Pasar Yaik merupakan bagian dari prosesi tradisi dugderan menjelang Ramadan. Terletak di depan Masjid Kauman Semarang.
Sajian pamungkasnya ada pada adegan tari keempat, di mana peristiwa dugderan muncul arak-arakan warak yang dipadu dengan gending lancaran kolaborasi rebana, trompet, sexofon, dan gamelan. (Artikel ini dikutip dari berbagai sumber).